Ekonom Bank Permata proyeksikan pemulihan ekonomi bisa U shape



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Dampak penyebaran Covid-19 yang masih terus meningkat memungkinkan beberapa negara seperti Inggris akan memutuskan untuk mengetatkan kembali aktifitas penduduknya atau lockdown.

Hal ini dilakukan sebagai tindakan cepat untuk pencegahan penyebaran ke ibu kota.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menilai, hingga saat ini, meskipun angka peningkatan penyebaran Covid-19 di beberapa negara seperti Singapura masih belum mengubah kebijakannya, bahkan Jepang justru secara perlahan akan mulai membuka kembali aktivitas perekonomian domestiknya.


Namun, jika dilihat secara global, menurut Josua hal ini mungkin akan memberikan dampak yang signifikan terutama bagi negara/kawasan yang mempunyai volume perdagangan yang tinggi ke Inggris.

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri: Kredit perbankan hanya tumbuh 1,5% di 2020

Tidak hanya itu, PDB Inggris bahkan telah berkontribusi pada 3,22% PDB dunia, sehingga penutupan kembali Inggris tentu akan berdampak signifikan pada perekonomian global.

“Sementara itu, dengan ekspor ke Inggris yang hanya berada pada kisaran 0,7-0,8% dari total ekspor Indonesia, kebijakan baru Inggris ini cenderung akan memberikan dampak minimal kepada perekonomian Indonesia,” kata Josua saat dihubungi KONTAN, Kamis (24/9).

Menurutnya, hal yang justru cenderung berdampak signifikan pada perdagangan Indonesia datang dari Singapura yang masih memberlakukan restriksi hingga saat ini. Sehingga hal itu dinilai masih akan menghambat pertumbuhan ekspor Indonesia.

Josua mengatakan, perekonomian Indonesia yang diperkirakan akan masuk dalam jurang resesi tidak akan lepas dari masih terbatasnya aktivitas ekonomi di Indonesia.

Baca Juga: Peluang pendanaan di sektor manufaktur masih moncer

“Meskipun demikian dari beberapa indikator, terlihat adanya pemulihan ekonomi kita di penjualan mobil serta ritel yang mengindikasikan adanya perbaikan ekonomi,” ujarnya.

Sehingga, dengan perbaikan tersebut, Josua proyeksikan pemulihan ekonomi Indonesia akan berbentuk U. Hal ini didorong adanya pemulihan yang cenderung lambat dan baru akan mengalami peningkatan setelah aktivitas ekonomi kembali mengalami peningkatan.

“Hal ini tentunya juga dengan asumsi bahwa vaksin berhasil ditemukan dan didistribusikan pada tahun 2021,” tutup Josua.

Selanjutnya: Konsumsi masyarakat dan investasi kontraksi, pertumbuhan ekonomi 2020 bisa minus 2%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli