Ekonom: BBM Jenis Baru Bisa Memicu Masalah Baru



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana meluncurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis baru yang rendah sulfur dalam waktu dekat. 

Merespon hal ini, Ekonom Senior Institut for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri menilai kebijakan ini bisa menimbulkan masalah baru. 

Hal ini pun menurutnya pernah terjadi pada saat pemerintah memaksakan penggunaan pertalite, yang nyatanya masih tinggi sulfur. Untuk itu, tak banyak produk pertalite di jual di negara lain. 


"Ini sama menyelesaikan masalah dengan menciptakan masalah baru, seperti dulu premium dibunuh dan muncul pertalite, pertalite (mau) dibunuh, muncul macam BBM Baru yang masih gak tau ini," kata Faisal usai Diskusi Indef dipantau daring Kamis (16/7). 

Baca Juga: Pemerintah Bersiap Luncurkan BBM Jenis Baru: Solusi atau Masalah Baru?

Menurutnya, BBM baru yang diklaim rendah sulfur ini kemungkinan adalah jenis solar. Kendati begitu, ia pun tatap heran dengan ide tersebut yang baru dicetuskan baru-baru ini. 

Padahal, sebelumnya, ia telah menyampaikan kepada Pemerintah terkait cara mengelola minyak gas bumi Indonesia sejak tahun 2014-2015. Saat itu, ia tengah menjabat sebagai Tim Tata Kelola Migas. 

Faisal mengaku rekomendasi yang disampaikanya pun detil agar harga BBM tidak fluktuatif, maka harus ada pengaman melalui revitalisasi kilang. 

"Masa sih karena standar kita sulfurnya tinggi, terus kita beli dengan sulfur rendah terus kita campur?," tanyanya. 

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomia, Airlangga Hartarto membenarkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan peluncuran Bahan Bakar Minyak (BBM) baru ramah lingkungan. 

Airlangga menyebut peluncuran BBM rendah sulfur ini rencananya akan dilakukan pada 1 September mendatang, dimulai dengan program sosialiasi dari pemerintah. 

"Ya 1 September (peluncuran), saya minta sosialisasi dulu," jelas Airlangga pada media di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (16/7). 

Baca Juga: BBM Baru Bakal Rilis 1 Septmber, Airlangga: Tak Ada Pembatasan Produk Bersubsidi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati