Ekonom BCA: Kenaikan Harga Pertalite Bisa Jadi Pertimbangan BI Kerek Suku Bunga Acuan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah makin kuat dalam memberi sinyal peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal mengumumkan keputusan akan hal ini pada pekan depan.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM Pertalite ini bisa mengubah arah kebijakan suku bunga BI. Menurut David, ini bisa menjadi awal BI untuk menaikkan suku bunga acuannya.

"Kalau kita melihat pola historis, bila ada kenaikan BBM bersubsidi dan naiknya signifikan, pasti akan mengubah ekspektasi inflasi. Ini yang kemudian akan direaksi oleh BI, yaitu dengan memperketat kebijakan moneter termasuk dengan kebijakan suku bunga acuan," tutur David kepada Kontan.co.id, Minggu (21/8).


Baca Juga: Meneropong Pergerakan IHSG di Tengah Sentimen Kenaikan Harga Pertalite dan RDG BI

David membuka kemungkinan BI akan menaikkan suku bunga acuannya pada bulan ini, bila pengumuman tersebut dilakukan sebelum keputusan RDG BI Agustus 2022 dibacakan.

Besaran kenaikan suku bunga acuan pertama kali, setelah sejak Februari 2022 suku bunga bergerak di level terendahnya, akan sangat bergantung pada besaran peningkatan harga BBM Pertalite dan ekspektasi inflasi dari kacamata BI.

Sumber Kontan.co.id di pemerintahan mengatakan, harga BBM Pertalite bisa saja menyentuh Rp 10.000 per liter. Bila mengacu pada hal ini, maka akan ada peningkatan harga BBM Pertalite sekitar 40%, sehingga ada tambahan inflasi sekitar 1,2% hingga 1,6%.

Dengan demikian, bisa saja BI menaikkan suku bunga acuan pertama kali sebesar 25 bps hingga 50 bps.

Menurut David peningkatan suku bunga di level tersebut masih cukup kondusif untuk ekonomi. Dengan peningkatan ini, inflasi bisa terjangkar dan tidak membuat kejutan bagi progres pemulihan ekonomi.

Namun, ia juga membuka peluang suku bunga acuan pada bulan ini untuk ditahan dan bisa saja kenaikan suku bunga akan dimulai pada bulan September 2022. Langkah ini dengan menimbang kondisi global dan dalam negeri terkini.

Dari sisi global, David melihat arah suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) tidak akan seagresif pada bulan sebelumnya. Apalagi didorong oleh laju inflasi AS yang mulai melandai.

Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin: Kenaikan Harga BBM Pertalite dalam Tahap Pengkajian

Sedangkan dari dalam negeri, BI melihat nilai tukar rupiah mulai stabil. Belum lagi surplus neraca perdagangan masih cukup besar. "Jadi, masih ada kemungkinan suku bunga acuan ditahan karena kondisi eksternal yang baik, surplus neraca perdagangan, rupiah yang stabil, meski inflasi memang masih memanas," tambah David.

Lebih lanjut, David memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan dengan total 50 bps hingga 100 bps hingga akhir tahun 2022. Dengan demikian, suku bunga acuan pada akhir tahun ini bisa berada di level 4% hingga 4,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto