KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50% dipandang Kepala Ekonom BCA David Sumual sebagai hal yang tepat.

"Sudah cukup baik, karena ini mungkin memang tindakan pre-emptive di tengah kondisi global dan kondisi ekonomi di Semester I-2019 yang cenderung flat dan stagnan," kata David kepada Kontan.co.id, Kamis (22/8).

Hal ini juga dinilai David sebagai pengaruh dari ekspektasi pasar dengan kecenderungan Bank Sentral Amerika (The Fed) yang akan menurunkan suku bunga pada bulan September mendatang. Bahkan kecenderungannya mencapai 90%.

Baca Juga: Pemerintah pesimistis terhadap penerimaan PNBP karena faktor ini

Lalu, walau keputusan BI untuk memangkas suku bunga mendahului hasil rapat The Fed, David melihat bahwa masih ada spread aman antara The Fed dan BI rate.

Kalaupun nantinya The Fed rupanya tidak jadi menurunkan suku bunga, dengan melihat kondisi dalam negeri, langkah BI ini masih dinilai aman. Pertimbangannya adalah kondisi inflasi yang bagus dan sentimen pasar yang juga cukup baik.

Inflow dana dari luar juga dinilai cukup baik dan dengan adanya pengumuman RAPBN 2020 juga dipandang David sebagai angin segar bagi investasi Indonesia karena disambut baik oleh para investor, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di taraf aman.

Baca Juga: Ekonom BNI: Strategi penurunan suku bunga BI datang di waktu yang tepat

"Sejauh ini, saya yakin BI sudah memperhitungkan dengan seksama dan detil setiap keputusannya," jelas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .