KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia berpeluang kembali mencetak surplus pada bulan Oktober 2021, kendati tak akan sebesar surplus pada bulan sebelumnya. Kepala Ekonom BCA David Sumual memperkirakan, surplus neraca dagang pada bulan Oktober 2021 sebesar US$ 4,0 miliar atau lebih rendah dari surplus US$ 4,37 miliar pada bulan September 2021. David mengatakan, pergerakan neraca perdagangan ini didorong oleh peningkatan baik ekspor maupun impor, meski peningkatan impor memang lebih besar dari peningkatan ekspor.
“Ekspor pada bulan Oktober 2021 diperkirakan tumbuh 4,21% mtm atau secara tahunan tumbuh 49,5% yoy. Sementara impor tumbuh 7,24% mtm atau secara tahunan tumbuh 61,4% yoy,” ujar David kepada Kontan.co.id, Minggu (14/11).
Baca Juga: Pelonggaran PPKM dongkrak impor, surplus neraca dagang diprediksi mengecil Menurut David, kenaikan ekspor pada bulan tersebut didorong pemulihan ekonomi di berbagai negara pasca relaksasi restriksi dan pasca
lockdown, seperti di Australia dan New Zealand, serta negara mitra dagang Indonesia yang lain. Selain itu, peningkatan ekspor ini juga masih ditopang peningkatan harga komoditas yang tentu membawa angin segar bagi prospek ekspor Indonesia yang sangat bergantung pada komoditas. Namun, David mengingatkan, agar Indonesia tak terlena akan hal ini. Pasalnya, peningkatan harga komoditas ini disebabkan oleh adanya krisis energi di sejumlah negara dan tentunya hal ini tidak akan berlangsung permanen. “Kita tidak bisa terus-terusa bergantung pada komoditas dan harus mendorong supaya ada hilirisasi. Karena kalau bergantung terus-terusan bisa bahaya karena energi tidak bisa diperbaharui dan pada suatu saat akan habis,” tambah David.
Agar Indonesia tak bergantung pada harga komoditas, maka David menyarankan adanya hilirisasi baik produk ekspor maupun negara tujuan ekspor. Indonesia sudah memiliki pasar untuk ekspor barang elektroni, pakaian, alas kaki, bahkan ekspor Sumber Daya Alam (SDA) seperti hasil pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. “Kita bisa dorong ini karena arah dunia saat ini adalah barang yang bisa diperbaharui. Namun, jangan kita ekspor produk SDA mentah, tetapi kita olah lagi agar ada nilai tambah,” imbuh David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat