Ekonom BCA: Resesi Singapura tak akan terlalu mengguncang ekonomi Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual yakin kalau resesi yang dialami oleh Singapura saat memasuki paruh pertama tahun ini, tak akan terlalu mengguncang perekonomian Indonesia. 

"Kecil, lah. Wajar juga Singapura ekonominya turun, karena dia itu trading hub. Perekonomiannya bergantung sekali terhadap perdagangan internasional. Kalau Indonesia kan masih bergantung pada konsumsi, investasi," kata David kepada Kontan.co.id, Rabu (15/7). 

Baca Juga: Resesi ekonomi Singapura tidak akan berdampak ke IHSG

Katanya, memang Covid-19 berhasil memukul telak salah komponen pertumbuhan ekonomi Singapura. Seperti contohnya, menyebabkan lambatnya arus barang, penggunaan jasa, juga lambatnya pertumbuhan sektor konstruksi properti. 

Sementara dari sisi konsumsi, tak cukup untuk menopang pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Soalnya, pola konsumsi Singapura berbeda dengan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang memang berdasar pada kebutuhan pokok yang memang pasti dipenuhi sehari-hari. 

"Mereka ini kan konsumsinya non esensial. Jadi misal di saat jasa yang mereka dapat dari pariwisata terpukul, maka ekonominya turun drastis karena memang tidak ada tumpuan lain," jelas David. 

Selain itu, David juga memandang kalau resesi yang dialami oleh negara singa tersebut tak akan berpengaruh banyak ke kinerja ekspor Indonesia, meski Singapura merupakan salah satu negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. 

Baca Juga: Indef: Pemerintah tak boleh sepelekan resesi Singapura

Katanya, ekspor Indonesia banyak didominasi oleh komoditas, seperti batubara dan Crude Palm Oil (CPO) yang pangsanya lebih besar didominasi oleh China dan India. Jadi, bila ekspor ke Singapura terguncang pun, Indonesia masih memiliki pasar yang lain. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi