Ekonom Beberkan Tiga Konsekuensi Fiskal Program Makan Siang Gratis



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasangan Prabowo – Gibran resmi jadi pemenang pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2024. Program makan siang gratis pun menjadi sorotan pengamat perekonomian. Pasalnya, terdapat beberapa konsekuensi yang harus diterima negara.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal menyebutkan, terdapat tiga konsekuensi dari program makan siang gratis ke sektor fiskal. Pertama, menambah beban belanja negara.

“Kalau tambahan belanja bertambah penerimaan tidak bertambah ada pelebaran defisit, maka kemarin ada isu pelebaran defisit dari 2,4% - 2,8% dari PDB, padahal prakiraan di 2025 tanpa ada program makan siang mungkin ada di 2,2%,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (20/3).


Baca Juga: Bertemu Hari Ini, Surya Paloh Buka Suara Soal Potensi Merapat ke Pemerintahan Prabowo

Kedua, opsinya adalah mengalokasi anggaran yang sudah ada untuk program makan siang gratis. Seperti mengambil porsi dari dana bos hingga dana perlindungan sosial.

“Tapi tentu saja ini akan mendapatkan resistensi yang tinggi, karena program-program yang lain juga penting,” kata Faisal.

Ketiga, dengan menaikkan penerimaan negara, menurutnya maka muncul rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Kemudian menambah tarif dan objek cukai termasuk, cukai minuman berpemanis dalam rangka menambah penerimaan.

“Jadi konsekuensinya bukan hanya ke fiskal tapi juga ke masyarakat ke ekonomi, pelaku industri, inflasi dan daya beli masyarakat,” terang dia.

Baca Juga: Sejumlah Tantangan Ini Bakal Menahan Laju Ekonomi Indonesia pada 2024

Oleh karena itu, lanjut Faisal, yang harus dilakukan bila ingin menjalankan makan siang gratis harus mematangkan desainnya, diatur dengan baik agar tidak terlalu membebani anggaran dan masyarakat.

Menurutnya, makan siang gratis ingin mencapai peningkatan gizi anak sekolah hingga mengentaskan kemiskinan. Untuk itu, perlu dikerucutkan target pasarnya.

“Termasuk daerah-daerah kantong-kantong kemiskinan, tidak perlu semua, dan yang ditanggung tidak semua siswa dalam satu sekolah, tapi siswa yang miskin saja,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .