Ekonom: Belum Ada Kekhawatiran Lonjakan Bunga Utang, Meski The Fed Kerek Suku Bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali mengerek suku bunga kebijakannya sebesar 75 basis poin (bps) pada Rabu (27/7). Ini berarti, otoritas moneter AS sudah menaikkan suku bunga acuan selama 4 kali dalam tahun 2022. 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, peningkatan suku bunga kebijakan The Fed ini memang mempengaruhi kocek yang harus dibayarkan pemerintah terkait bunga utang. Namun, sejauh ini, David melihat risiko tersebut masih terkendali. 

“Dampaknya masih terkendali sejauh ini. Belum terlihat adanya risiko ada lonjakan beban bunga utang ke depan. Dari awal tahun hingga sekarang cukup stabil,” tutur David kepada Kontan.co.id, Kamis (28/7). 


Baca Juga: Ekonom: Kenaikan Suku Bunga The Fed Bikin Ongkos Penarikan Utang Makin Mahal

Hal ini juga seiring dengan pergerakan imbal hasil surat berharga negara (SBN) yang tidak terlalu jauh dengan imbal hasil surat utang pemerintah AS atau US Treasury. Dengan demikian, spread masih terjaga dan imbal hasil SBN ke depan diharapkan masih kondusif dan tetap menarik bagi investor. 

Dengan perkembangan tersebut pun, David meyakini dampaknya juga mini terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Menurut perkiraannya, rupiah pada jangka pendek masih akan bergerak di kisaran Rp 14.950 per dolar AS hingga Rp 15.100 per dolar AS. 

Likuiditas valas Indonesia juga masih baik, karena meski sempat ada keluarnya asing dari pasar keuangan dalam negeri, tetapi ada surplus neraca perdagangan yang turut menyumbang pergerakan rupiah yang lebih stabil bila dibandingkan dengan negara sebaya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .