Ekonom berharap BI rate tetap



JAKARTA. Beberapa ekonom berharap Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan alias BI rate sebesar 6%. Ini mengingat, angka inflasi berpeluang menanjak pada tahun ini, serta faktor ketidakpastian kondisi Eropa.

Tony Prasetiantono, Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM), mengakui, inflasi year on year (YoY) Januari 2012 masih kecil, sebesar 3,65%. Namun, hal itu karena subsidi bahan bakar minyak (BBM) di APBN sangat besar. Sementara, harga BBM tidak mungkin ditahan, pasti akan segera naik. Kenaikan juga akan terjadi pada tarif dasar listrik (TDL).

"Jadi expected inflation 2012 bakal ke arah 5% atau bahkan maksimal 5,5%,” kata Tony, Kamis (9/2).


Pertimbangan lainnya, situasi ekonomi di zona Eropa masih rawan. Walaupun kondisi rupiah yang menguat sedikit di bawah Rp 9.000 dalam beberapa hari terakhir, bukan berarti aman dari potensi pelemahan. Rupiah masih bisa goyang lagi apabila euro melemah terhadap dolar

“Untuk berjaga-jaga kalau zona euro terguncang Spanyol dan pasar cemas, saya berpendapat BI rate ditahan dulu,” tandas Tony.

Destry Damayanti, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga melihat BI sebaiknya menjaga BI rate di 6%. Selain karena ekspektasi tingginya inflasi, menurut Destri dampak penurunan BI rate sebelumnya sebesar 75 basis points (bps) dan bunga Fasilitas BI (FASBI) 50 bps belum terealisasi di sektor riil.

“Jadi mestinya kita lihat dulu dampaknya seperti apa. Kalau kita lihat di bond market, yield sudah begitu rendah, short term tinggal 2%. Tapi di pasar uang suku bunga overnight masih 6%. Ini mencerminkan ketidakseimbangan. Seharusnya paling tidak rate-nya kurang lebih sama supaya mencerminkan keseimbangan di sektor keuangan secara keseluruhan,” jelas Destri.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Ryan Kiryanto beranggapan BI memiliki ruang besar untuk menurunkan BI rate sekitar 25-50 bps dengan capaian inflasi per Januari (yoy) sebesar 3,65%. Namun, karena akan ada perubahan kebijakan BBM bersubsidi dan kenaikan tarif dasar listrik, BI rate lebih baik tetap 6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto