Ekonom: BI berpotensi akan mulai menyesuaikan suku bunga akhir tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lewat pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, bank sentral telah membuka ruang untuk menaikkan suku bunga dengan catatan apabila pelemahan rupiah mengancam stabilitas sistem keuangan. Saat ini, suku bunga acuan BI sebesar 4,25%. 

Melihat terbukanya peluang ini, Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, BI akan berhati-hati sebelum menaikkan suku bunga khususnya dalam jangka pendek ini karena BI menilai pelemahan rupiah ini bersifat sementara dan fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat pada tahun ini.

“Jika sampai dengan semester II tahun ini, rupiah masih melemah di luar fundamental, maka BI berpotensi akan mulai melakukan penyesuaian suku bunga pada akhir tahun ini,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (27/4)


Josua mengatakan, dalam hal ini, BI melihat bahwa kenaikan suku bunga global khususnya di negara maju akan mendorong capital flight dari pasar keuangan negara berkembang sehingga ruang pengetatan kebijakan moneter terbuka.

Ia menambahkan, BI juga perlu meningkatkan confidence dari pasar sehingga tidak terjadi kepanikan di pasar keuangan selain melakukan langkah-langkah stabilisasi di pasar valas dalam rangka meredam volatilitas nilai tukar rupiah dan pasar SUN dengan konsekuensi penurunan cadangan devisa.

“Kepemilikan BI pada SUN meningkat sekitar Rp 28 triliun dalam dua pekan terakhir ini. Menurut saya, BI cenderung akan melakukan langkah-langkah intervensi dan berhati-hati dalam penyesuaian suku bunga kebijakan hingga akhir tahun ini,” ucap Josua.

Oleh karena itu, ia menilai, kecenderungannya BI akan memperkuat first line of defense dalam hal capital management yakni dengan terus memperkuat cadangan devisa seperti rasio cadangan devisa/M2, cadangan devisa/impor, cadangan devisa/GDP dan cadangan devisa/utang jangka pendek. Sementara pemerintah juga memiliki Bond Stabilization Framework guna mengantisipasi terjadinya sudden reversal di pasar SUN.

Jika seadainya diperlukan, di mana rasio-rasio dari first line of defence terus menurun dan di bawah nilai tertentu, ia mengatakan, BI kelihatannya akan mengoptimalkan dengan implementasi second line of defense yakni dengan memanfaatkan fasilitas Bilateral Swap Agreement (BSA) dengan bank sentral Jepang, Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) dengan beberapa bank sentral di kawasan Asia seperti bank sentral Korea dan China, serta Chiang Mai Initiative Multiteralization (CMIM).

“Fasilitas tersebut merupakan langkah terakhir dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas dalam jangka pendek dalam rangka meredam kepanikan capital flight di pasar keuangan domestik,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi