JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan Bank Indonesia (BI) akan kembali diadakan Selasa besok (8/4). Berbagai perkembangan terkini perekonomian dalam negeri beserta perekonomian global menjadi pembahasan untuk menentukan arah kebijakan moneter Indonesia. Sejumlah ekonom yang berhasil dihubungi KONTAN akhir pekan lalu sepakat menyimpulkan pandangan bahwa kebijakan moneter masih mengalami pengetatan. Artinya, suku bunga tetap bertengger pada level 7,5%. Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, ada dua kondisi yang dihadapi BI. Pertama, situasi perekonomian Indonesia sedang dalam kondisi cukup normal. Kalau BI menaikkan suku bunga, ketakutannya respon dari investor di luar perkiraan. Kedua, dengan membaiknya data ekonomi kalau BI menurunkan suku bunga, apakah benar ekonomi Indonesia sudah aman. Menurut Lana, ada risiko konsumsi masyarakat yang berlebihan. Hal ini terlihat dari data konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina yang mengatakan per Februari 2014 konsumsi BBM mencapai 7,3 juta kiloliter atau 15% dari kuota sebesar 48,6 juta kiloliter. Adanya hari raya Lebaran membuat kuota BBM berpotensi terus membengkak. "Jadi belum ada alasan BI merubah kebijakan suku bunga," ujar Lana. Tidak hanya soal konsumsi yang masih tinggi. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat current account deficit atawa defisit transaksi berjalan masih harus diberikan perhatian.
Ekonom: BI masih akan perketat kebijakan moneter
JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan Bank Indonesia (BI) akan kembali diadakan Selasa besok (8/4). Berbagai perkembangan terkini perekonomian dalam negeri beserta perekonomian global menjadi pembahasan untuk menentukan arah kebijakan moneter Indonesia. Sejumlah ekonom yang berhasil dihubungi KONTAN akhir pekan lalu sepakat menyimpulkan pandangan bahwa kebijakan moneter masih mengalami pengetatan. Artinya, suku bunga tetap bertengger pada level 7,5%. Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, ada dua kondisi yang dihadapi BI. Pertama, situasi perekonomian Indonesia sedang dalam kondisi cukup normal. Kalau BI menaikkan suku bunga, ketakutannya respon dari investor di luar perkiraan. Kedua, dengan membaiknya data ekonomi kalau BI menurunkan suku bunga, apakah benar ekonomi Indonesia sudah aman. Menurut Lana, ada risiko konsumsi masyarakat yang berlebihan. Hal ini terlihat dari data konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina yang mengatakan per Februari 2014 konsumsi BBM mencapai 7,3 juta kiloliter atau 15% dari kuota sebesar 48,6 juta kiloliter. Adanya hari raya Lebaran membuat kuota BBM berpotensi terus membengkak. "Jadi belum ada alasan BI merubah kebijakan suku bunga," ujar Lana. Tidak hanya soal konsumsi yang masih tinggi. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat current account deficit atawa defisit transaksi berjalan masih harus diberikan perhatian.