Ekonom: BI Rate Terpangkas 0,5%



JAKARTA. Sesuai perkiraan, Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin menyatakan selama Januari 2009 telah terjadi deflasi sebesar 0,07%. Menyusul pengumuman BPS itu, pelaku ekonomi pun langsung mengharap Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan, BI rate. Ekonom di PT Bank International Indonesia Tbk (BII) Juniman menyatakan, tak ada alasan bagi BI menahan BI rate di angka 8,75%. "Apalagi jarak BI rate dengan Fed Fund Rate masih terlampau jauh," kata Juniman. Namun Juniman menyarankan, BI hanya memangkas BI rate 25 basis poin dari 8,75% menjadi 8,5% demi menjaga volatilitas rupiah. "Sebaiknya jangan agresif agar rupiah tidak fluktuatif," kata dia. Tapi, kebanyakan ekonom memperkirakan BI akan memangkas BI rate sebesar 50 basis poin menjadi 8,25% pada Rapat Dewan Gubernur besok, 4 Februari 2009. Dalam polling Bloomberg, ekonom HSBC Prakriti Sofat bahkan memprediksi BI akan memangkas bunga 75 basis poin.

Ekonom PT Bank BCA Tbk. David E. Sumual menilai, BI perlu memangkas bunga 0,5% lagi karena ekonomi sudah merosot tajam. Ini terlihat dari nilai ekspor kita yang terpangkas 20% dan nilai impor yang turun 7,6%. Dengan pemotongan BI rate yang lebih agresif, ekonomi diharapkan bisa kembali bergerak dan tidak jatuh ke arah resesi. Karena penurunan BI rate akan diikuti penurunan suku bunga kredit di bank sehingga para pengusaha sektor riil bisa melakukan ekspansi. Memang penurunan bunga kredit tak bisa seketika. "Bagi bank besar sangat mudah memangkas bunga. Namun bank kecil yang masih kesulitan likuiditas akan sulit menurunkan bunga," kata Juniman. Soal pelemahan kurs rupiah belakangan ini, sebagian ekonom menilai, penyebabnya bukan karena penurunan suku bunga. "Isunya sebenarnya bukan rupiah melemah, tetapi dolar AS memang menguat," ujar David. Namun, ekonom Martin Panggabean mempunyai pendapat berbeda. "BI harus hati-hati karena rupiah saat ini masih bergejolak," kata Martin. Ia pun menyarankan, BI cukup menurunkan BI rate sebesar 0,25% ke posisi 8,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: