JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan kembali menggelar rapat dewan gubernur (RDG) sehari setelah pemilihan presiden, atau pada 10 Juli 2014. Sejumlah ekonom memperkirakan hasil dari RDG tersebut, BI akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya atau BI rate di level 7,5%. Perkiraan disebabkan karena secara fundamental ekonomi Indonesia dinilai masih dalam kondisi yang belum mendesak BI mengerek BI rate. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual bilang, salah satu indikator makro ekonomi yaitu inflasi, relatif rendah. Pergerakan inflasi sejak bulan Januari hingga Juni 2014, atau year to date baru mencapai 1,99%. Hal itu masih jauh dari target pemerintah tahun 2014 yang mencapai 5,3%. "Selain itu, perbaikan terjadi di neraca perdagangan yang mengalami surplus pada bulan Mei 2014," kata David, Senin (8/7).
Sementara ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dodi Arifianto menambahkan, meski inflasi dan neraca perdagangan menunjukan perbaikan, masih ada ancaman di sisi neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Oleh karenanya, masih ada ancaman yang harus diperhatikan BI. Apalagi diperkirakan CAD pada kuartal II 2014 akan melebar hingga US$ 9 miliar, ini menjadi tekanan tersendiri bagi ekonomi Indonesia. Meski CAD kemungkinan melebar, Dodi memperkirakan BI tidak bakal mendongkrak BI rate dan memilih menahan tetap di level 7,5%.