Ekonom: BI tetap bisa pro-growth tanpa pangkas suku bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan ekonomi dunia menjadi alarm bagi bank-bank sentral dunia. Beberapa bank sentral negara tetangga telah memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya, antara lain Malaysia, Filipina, India hingga Australia.

Kekhawatiran bank-bank sentral tersebut serupa: tertekannya permintaan global yang berdampak pada pelemahan ekspor masing-masing negara sehingga prospek pertumbuhan ekonomi semakin rendah.

Indonesia mengalami dilema yang sama. Kuartal I-2019, pertumbuhan ekspor hanya mencapai 2,08% jauh melambat dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 5,94%. Sejalan, pertumbuhan investasi juga loyo hanya 5,03%, turun dari periode sama tahun lalu yang mencapai 7,94%. Lantas, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tak sesuai harapan yaitu hanya 5,07%.


Di tengah kondisi ini, Bank Indonesia diharapkan ikut menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan sektor riil yang nantinya memacu pertumbuhan ekonomi. 

Namun, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai dukungan BI terhadap pertumbuhan ekonomi secara moneter tak mesti melalui kebijakan suku bunga acuan.

“BI tetap bisa mendukung pertumbuhan tanpa memangkas suku bunga yaitu dengan melonggarkan operasi moneternya,” kata Piter, Senin (17/6).

Pelonggaran operasi moneter, lanjut dia, sebenarnya telah dilakukan BI sejak awal tahun. Salah satunya dengan mulai mengaktifkan operasi pasar terbuka (OPT) yang bersifat ekspansif secara reguler. Tujuannya, memastikan likuiditas pasar keuangan tetap tersedia sehingga penyaluran kredit untuk mendorong siklus bisnis terjaga.

Oleh karena itu, Piter menjelaskan, pelonggaran kebijakan moneter BI tak selalu berarti menurunkan suku bunga.

“Toh, suku bunga acuan bisa turun rendah, tapi suku bunga kredit tetap sulit turun seperti tahun 2017 saat suku bunga di level 4,25%,” tutur Piter. 

Saat itu, kebijakan operasi moneter BI juga tetap ketat kendati suku bunga acuan berada di level terendahnya, lanjutnya.

Piter menilai, saat ini BI tetap harus fokus pada stabilisasi nilai tukar rupiah dan masih rentannya defisit transaksi berjalan (CAD) melebar di tahun ini dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi