KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah melesat di kuartal 2, ekonomi Indonesia sedikit terkoreksi menjadi 5,17% yoy di kuartal 3 tahun 2018. Meskipun demikian, pertumbuhan di kuartal 3 tahun ini masih lebih tinggi daripada pertumbuhan di kuartal 3 tahun 2015-2017 yang masing-masing sebesar 4,79% yoy, 5,02% yoy, dan 5,06% yoy. Dan secara umum, pertumbuhan ekonomi masih menunjukkan tren yang meningkat setelah bottoming pada 4,59% yoy di kuartal 2 2015. Kepala Ekonom BTN Winang Budoyo dalam keterangan resminya mengatakan, secara umum permintaan domestik, yang terdiri dari Konsumsi dan Investasi, masih menjadi pendorong utama ekonomi Indonesia di kuartal 3 ini.
Artinya di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, yang membuat rupiah melemah terhadap dollar AS, dan akhirnya mendorong Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 150bps, ternyata permintaan domestik masih cukup resilient. Terlihat bahwa Konsumsi Rumah Tangga masih dapat tumbuh 5,01% yoy karena terjaganya inflasi dan Investasi tumbuh sebesar 6,96% yoy yang didorong oleh Investasi Domestik, yang menurut data BKPM tumbuh 30,5% yoy di kuartal 3 2018 di tengah melambatnya pertumbuhan Investasi Asing (-20,2% yoy). Sementara pertumbuhan Ekspor di 3Q18 jauh di bawah 3Q17 (7,52% vs 17,01%) karena mulai melemahnya harga komoditas global di tahun 2018. Dari sisi Sektoral, pertumbuhan tertinggi tercatat di sektor Jasa Lainnya, dan diikuti oleh sektor Informasi dan Komunikasi dan sektor Jasa Perusahaan sebesar masing-masing 9,19% yoy, 8,98% yoy, dan 8,67% yoy. Sementara sektor Real Estat terus menunjukkan kenaikan pertumbuhan dari awal tahun yaitu dari 3,23% yoy di 1Q 2018 menjadi 3,85% yoy di 3Q 2018 seiring dengan seasonal kegiatan pengembang dalam mencetak rumah baru setiap tahunnya. Meskipun terjadi koreksi di kuartal 3, namun bila dilihat secara kumulatif selama sembilan bulan, maka pertumbuhan ekonomi pada 9M 2018 mencapai 5,17% yoy. Pertumbuhan ini lebih tinggi daripada periode yang sama tahun 2016 dan 2017 yang tumbuh sebesar masing-masing 5,06% yoy dan 5,03% yoy. Artinya mesin pertumbuhan pada sembilan bulan tahun 2018 ini lebih cepat dibandingkan periode yang sama tahun 2016 dan 2017. Terkoreksinya pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga (RT) mendorong RT melakukan rekomposisi pengeluaran mereka. RT mengurangi pengeluaran untuk Makanan, Perlengkapan RT (seperti TV), namun di sisi lain meningkatkan pengeluaran untuk Peralatan RT (seperti pakaian dan alas kaki) serta Transportasi dan Komunikasi. Sementara pengeluaran untuk rekreasi (Restoran dan Hotel) relatif stabil pertumbuhannya. "Yang juga menarik diperhatikan adalah adanya hubungan yang positif antara penyaluran kredit perbankan ke sektor properti dengan pertumbuhan ekonomi sektor Real Estate. Meskipun Bank Indonesia sudah melakukan relaksasi di sektor Perumahan sejak Juni 2015 namun dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi sektor Real Estat belum terlihat karena fokus relaksasi baru pada sisi permintaannya saja," tulisnya dalam keterangannya kepada Kontan.co.id, Senin (5/11).
Namun setelah kredit ke sektor Real Estat rebound di awal 2018, maka pertumbuhan ekonomi sektor Real Estat terlihat rebound juga di 3Q 2018 (lag 3 bulan). Dengan relaksasi LTV lanjutan BI di bulan Juni 2018 dan OJK di bulan Agustus 2018 yang juga menyentuh sisi penawaran, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi sektor Real Estat akan dapat terus meningkat. Artinya, ke depannya gairah pertumbuhan sektor perumahan akan terjadi di sisi permintaan dan juga penawaran. "Kami tetap percaya pada premis kami sebelumnya yaitu penguatan ekonomi domestik masih menjadi faktor yang penting untuk dapat menjaga ekonomi Indonesia dari meningkatnya ketidakpastian ekonomi global. Kondisi ini dapat terus terjaga jika pemerintah dapat menjaga harga BBM bersubsidi dan tarif listrik tidak berubah sampai akhir 2019, di samping juga terus menyalurkan Dana Bansos dan Dana Desa yang akan dapat menjaga kestabilan inflasi sekaligus daya beli masyarakat," sambungnya. Dengan mesin pertumbuhan yang lebih cepat dalam sembilan bulan tahun 2018, dibandingkan periode yang sama tahun 2016 dan 2017, ditambah beberapa events yang berlangsung di kuartal terakhir 2018, tim ekonom BTN optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 akan lebih baik dibanding tahun 2017, dengan pertumbuhan ekonomi yang berada pada rentang 5,1%-5,3% yoy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto