Ekonom BTN: Rupiah keok karena dollar AS



KONTAN.CO.ID - Rupiah mencetak level terburuk pada Rabu (28/9) kemarin. Rupiah mengalami pelemahan dan bahkan menembus level Rp 13.500.

Menurut Winang Budoyo, Chief economist Bank BTN, sumber permasalahan sebenarnya bukan di rupiah itu sendiri, namun justru di dollar AS. "Pada awal September, dollar AS mengalami pelemahan. Sementara dalam minggu ini, dollar AS kembali mengalami penguatan," urainya dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id.

Asal tahu saja, dollar AS mengalami penguatan minggu ini setelah President Trump mengumumkan rencana pajak (tax plan) yang akan diajukan untuk mendapatkan persetujuan dari Kongres.


"Trump menyebut rencana pajaknya dengan “revolutionary change” yang dipercaya akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi AS dan meningkatkan upah rata-rata pekerja di AS. Inti dari tax plan itu adalah adanya pengurangan tax rate bagi individu dan juga korporasi, yang disebut-sebut sebagai rencana pengurangan pajak yang terbesar dalam sejarah AS," papar Winang.

Winang menguraikan, dollar AS semakin menguat setelah keluar perkiraan analis bahwa pertumbuhan ekonomi AS di kuartal 2 (survei Bloomberg: +3% qoq) merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 1Q 2015. Jika ini terjadi maka semakin mengkonfirmasi bahwa kenaikan suku bunga acuan the Fed akan terus dijalankan.

Akibatnya, rupiah melemah ke level Rp13.545 yang berarti mengalami pelemahan sebesar 4,6% year-on-year atau -0,5% year-to-date. Meskipun mata uang Asia lain juga melemah terhadap dollar AS, tapi pelemahan rupiah termasuk yang besar karena rupiah masih dipersepsikan sebagai salah satu mata uang yang paling vulnerable di Asia.

"Jika penguatan ekonomi AS berlanjut, maka faktor global (terutama ekonomi AS) akan kembali menjadi faktor penentu kebijakan moneter BI dalam beberapa bulan ke depan. Karena itulah kami tetap melihat suku bunga acuan BI sudah mencapai level terendahnya dan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.500 di akhir tahun," urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie