Ekonom: CAD di 2015 sekitar 2,4%-2,8% dari PDB



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat kondisi current account deficit (CAD) atawa defisit transaksi berjalan pada tahun depan masih akan cenderung tinggi. Hal ini sebagai imbas kebijakan pemerintah yang akan berfokus pada pembangunan infrastruktur.

Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) Agustinus Prasetyantoko menilai penyakit pada sisi defisit transaksi berjalan belum bisa membaik dalam waktu singkat. Untuk melihat kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM, baru bisa dilihat efeknya dalam jangka waktu 3-6 bulan ke depan.

Kalau dalam jangka waktu tersebut, fiskal dan transaksi berjalan membaik maka reformasi kebijakan pemerintah berjalan. Menurut Prasetyantoko, jika dalam kurun waktu itu konsumsi BBM tidak meledak sehingga impor migas bisa ditekan. "Jika bisa ditekan maka beban ke neraca dagang akan lebih rileks," terangnya pada akhir pekan.


Menurunnya impor migas bisa menjadi penyeimbang impor bahan baku yang akan melonjak dengan peningkatan infrastruktur. Prasetyantoko memprediksi defisit transaksi berjalan pada tahun depan akan berada pada kisaran 2,4%-2,8% dari PDB.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, fokus pemerintah pada infrastruktur tentu saja akan memiliki konsekuensi pada defisit transaksi berjalan. Neraca perdagangan tidak akan bisa surplus dalam jumlah yang besar.

Penguatan rupiah pun terbatas karena defisit masih terus terjadi. Perkiraan Lana, rupiah tahun depan akan berada pada level Rp 11.900-Rp 12.200 per dolar Amerika. Namun, dengan memfokuskan diri pada infrastuktur, investasi tahun depan akan mengalami kenaikan.

"Ini akan bantu pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja," pungkas Lana. Dirinya memprediksi defisit transaksi berjalan tahun depan akan berada pada level 2,8% dari PDB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto