Ekonom Core: Perang dagang, Indonesia tidak punya pilihan selain rugi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah mengidentifikasi komoditas-komoditas yang bisa mendongkrak ekspor, seiring dengan pelemahan rupiah. Tak hanya itu, Kementerian Perdagangan juga menelusuri barang-barang yang bakal tertekan akibat perang dagang.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan, pelemahan rupiah dan perang dagang bukanlah situasi yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah, melainkan harus dipersiapkan kondisi terburuknya.

"Saya kurang sependapat bila tujuan utama kajian itu adalah untuk mempersiapkan komoditas yang punya potensi memacu ekspor sehingga neraca perdagangan tidak defisit serta rupiah menguat kembali. That's too good to be true," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (8/7).


Realitanya, menurut Pieter, tidak begitu sehingga sebaiknya pemerintah mempersiapkan yang terburuk.

"Menko Perekonomian Darmin Nasution pernah menyebutkan bahwa bila perang dagang benar-benar terjadi tidak banyak yang bisa kita lakukan, tidak mungkin memanfaatkan perang dagang untuk menaikkan ekspor. Logikanya adalah bila perang dagang terjadi maka negara-negara besar akan mengurangi produksi dan permintaan global akan menurun," ucapnya.

"Semua negara akan menghadapi ini. Perang dagang akan merugikan semua pihak. Tidak ada komoditas yang bisa kita pilih yang akan bisa menaikkan ekspor," lanjutnya.

Dengan begitu, ia mengatakan, yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah merintis diplomasi internasional demi mencegah terjadinya perang dagang. Sebab, belum ada upaya bersama semua negara untuk mencegah perang dagang. Misalnya, memunculkan opsi kerjasama perdagangan internasional bersama-sama menghadapi Amerika Serikat yang memulai terjadinya perang dagang.

"Mungkin dunia harus berani bersama mengatakan tidak kepada AS," kata dia.

Kalau kemudian kerjasama internasional tidak bisa mencegah perang dagang, Pieter bilang, maka opsi kedua adalah mempersiapkan pasar domestik.

"Perang dagang akan mematikan pasar global dan oleh karena itu agar produksi nasional tidak terhenti kita harus bisa mempersiapkan pasar domestik," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie