KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ekonomi Amerika Serikat (AS) kemungkinan tidak akan mengalami resesi, melainkan hanya perlambatan saja. Ekonom Senior Bank DBS Radhika Rao mengatakan, ekonomi AS diproyeksikan hanya mengalami perlambatan. Alhasil, ia melihat dampaknya ke perekonomian Indonesia akan sangat minim. “Perkiraan kami ekonomi AS akan melihat
soft landing tahun ini. Pertumbuhan itu akan menjadi sekitar 1%-1,5%. Kami tidak mengharapkan resesi,” tutur Radhika dalam diskusi bersama media, Selasa (6/8).
Asumsi tersebut juga berlaku sekalipun jika AS benar-benar mengalami resesi. Ia memperkirakan, jika pertumbuhan ekonomi AS melambat di kisaran 1%, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat sekitar 15 hingga 20 basis poin, sehingga dampaknya tidak terlalu signifikan.
Baca Juga: AS Terancam Resesi, Pemerintah Bisa Kesulitan Cari Pembiayaan Defisit APBN 2024 Dari sisi perdagangan dan investasi, meskipun AS merupakan mitra dagang yang penting bagi Indonesia, Radhika melihat perdagangan AS dengan Indonesia sebenarnya juga sudah melambat. Perdagangan terbesar Indonesia justru paling banyak dengan China. “Perdagangan dengan AS dulunya sangat besar. Namun, saat ini dengan China sangat besar dalam hal investasi dan perdagangan,” jelasnya. Radhika justru melihat jika perekonomian China memburuk, dampaknya ke perekonomian Indonesia akan lebih terasa bila dibandingkan dengan AS. Ia berharap, perlambatan ekonomi AS bisa dimitigasi seperti halnya perlambatan ekonomi China yang beberapa waktu lalu terjadi. Saat ini perekonomian China sedang mengalami pemulihan.
Senada, Kepala Riset DBS Group Maynard Arif menyampaikan, jika melihat dampaknya ke investasi, biasanya pada awal isu resesi tersebut muncul ke publik, investor akan panik dan lebih hati-hati, utamanya investor asing. “Jadi, mungkin mereka mencari aset yang lebih aman. Mungkin stoknya arus pasar akan berkurang. Mungkin akan ada sesuatu untuk dijual selama resesi,” ungkapnya. Akan tetapi, Maynard menyebut ketika memang AS mengalami resesi, investor kemudian akan meninjau ulang terkait dampaknya ke investasi. Selanjutnya, ketika investor melihat tidak ada dampak yang signifikan terhadap perekonomian berbagai negara termasuk Indonesia, maka biasanya tidak akan menjadi masalah besar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat