Ekonom: Defisit RAPBN 2015 masih tinggi



JAKARTA. Pemerintah mengajukan defisit Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 sebesar 2,32% dari produk domestik bruto (PDB) atau Rp 257,57 triliun. Jumlah ini hanya sedikit lebih rendah ketimbang defisit APBN-P 2014 yang sebesar 2,4% dari PDB atau Rp 241,49 triliun. 

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, defisit anggaran di atas 2% adalah defisit yang agak tinggi untuk anggaran berbasis baseline. Apalagi, menurut David, perekonomian tahun depan berisiko sekali karena mempunyai banyak faktor negatif.

Pertama, rencana Bank Sentral AS The Fed naikkan suku bunga dan akan terjadi outflow. Kedua, ekspor ke China sebagai negara mitra dagang utama juga akan melambat.


Dari sisi dalam negeri sendiri, kemungkinan di tahun 2015 akan ada kenaikan harga BBM. Kenaikan harga di tahun ini tampaknya sulit dilakukan pemerintahan sekarang.

Ini yang kemudian membuat beban pemerintahan baru semakin besar. Karena itu, diperlukan keberpihakan bagi industri padat karya untuk bisa mengerem laju kemiskinan. "Di sisi lain, perbaikan kita di neraca transaksi berjalan pun belum signifikan," ujar David ketika dihubungi KONTAN, Jumat (15/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto