Ekonom DRI sebut lonjakan kasus Covid-19 hambat pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonom Danareksa Research Institute (DRI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021 di kisaran 3,61% year on year (yoy), atau lebih rendah dari pertumbuhan pada kuartal II 2021 yang sebesar 7,07% yoy. 

Kepala ekonom DRI Rima Prama Artha melihat, memang ada pelemahan pemulihan ekonomi pada periode laporan, dan ini tak lepas dari perkembangan kasus Covid-19. 

“Pemulihan ekonomi masih lemah, seiring dengan pemerintah yang menerapkan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) karena ada gelombang kedua Covid-19 pada awal kuartal III-2021,” ujar Rima dalam laporannya, seperti dikutip Rabu (3/11). 


Rima kemudian memerinci, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2021 diperkirakan sebesar 3,61% yoy atau menurun dari pertumbuhan 5,93% yoy pada kuartal II 2021. 

Baca Juga: CELIOS ramal pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 di kisaran 3%

Perlambatan pertumbuhan ini juga dipengaruhi pembatasan aktivitas ekonomi. Dan ini pun terlihat dari beberapa indikator dini seperti penjualan ritel yang menurun, terutama di sektor informasi telekomunikasi turun 27,80% yoy, rekreasi turun 12,36% yoy, dan sandang yang turun 12,24% yoy. 

Akan tetapi, penjualan barang tahan lama atau durable goods nampak meningkat, terutama penjualan mobil karena ada diskon pajak dari pemerintah. Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh 4,26% yoy atau lebih rendah dari pertumbuhan kuartal II-2021 yang sebesar 8,06% yoy. 

Rima memaklumi, penurunan pertumbuhan komponen ini disebabkan oleh pada kuartal II-2021 lalu pemerintah jor-joran dalam memberikan stimulus karena ada momen Lebaran dan Idul Fitri untuk menjaga daya beli masyarakat. 

Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi diramal hanya mampu tumbuh 0,32% yoy. 

Sementara kinerja ekspor diperkirakan tumbuh 26,92% yoy dan impor tumbuh 16,60% yoy, seiring dengan neraca perdagangan pada periode Juli 2021 hingga September 2021 yang membukukan surplus besar US$ 13,24 miliar atau dua kali lipat dari periode sebelumnya yang sebesar US$ 6,31 miliar. 

Peningkatan ini didorong oleh kinerja manis ekspor karena ada peningkatan harga komoditas, terutama batubara. Krisis energi di Eropa, India, dan China meningkatkan permintaan batubara. 

Selanjutnya: Berkat strategi high conviction, Manulife Saham Andalan catatkan kinerja moncer

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli