JAKARTA. Kalangan ekonom mengapresiasi rencana Bank Indonesia (BI) mengaktifkan Billateral Swap Arrangement (BSA). Kebijakan itu bisa mengimbangi intevensi yang selama ini dilakukan BI dalam menjaga nilai tukar rupiah. Ekonom Bank Permata Joshua Pardede bilang, BI tidak bisa terus-terusan melaklukan intervensi. Sebab, cadangan devisa (cadev) yang dimiliki memang terbatas.
Joshua bilang dengan BSA, BI bisa menjaga rupiah berada di nilai fundamentalnya. Apalagi, saat ini nilai tukar rupiah sudah
undervalue. Jika cadev tergerus hingga level tertentu akan membahayakan. Namun BI harus melihat timing yang tepat dalam mengaktifkan BSA ini. "Saya melihat, ketika cadev sudah berada di bawah US$ 100 miliar dollar kebijakan itu sudah bisa dilakukan," ujar Joshua, Selasa (25/8) di Jakarta. Berdasarkan catatan BI, nilai cadangan devisa per Juli 2015 lalu tinggal sebesar US$ 107,6 miliar. Sebelumnya, Gubernur BI AGus Martowardojo mengaku sedang menjalin komunikasi dengan sejumlah bank sentral di berbagai negara untuk mengaktifkan BSA.
Namun kebijakan ini akan berlaku dalam aktiftas perdagangan. BI memungkinkan untuk menjalin kerjasama perdagangan dengan menggunakan transaksi mata uang negara yang bersangkutan, bukan Dollar AS. Joshua juga menilai berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah cukup positif. Termasuk dalam melakukan intervensi di pasar saham dan surat utang negara. Seperti diketahui, pemerintah mengakui bahwa sejumlah BUMN telah melakukan aksi pembelian kembali saham mereka, alias buyback. Langkah ini cukup memberi sentimen positif dalam menjaga depresiasi IHSG. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto