Ekonom: Efek BBM, April bisa terjadi deflasi



JAKARTA. Menjelang bulan Puasa kenaikan harga kebutuhan pokok diperkirakan belum terjadi. Justru, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal April lalu dinilai telah membuat sejumlah harga kebutuhan pokok turun.

Dengan pertimbangan itu ekonom Bank Central Asia David Sumual memperkirakan, pada April ini, akan terjadi deflasi sebesar 0,2%-0,3% mont on month (MoM). Faktor lainnya yang dinilai mempengaruhi adalah bergesernya puncak masa panen.

Biasanya, puncak masa panen terjadi pada bulan Februari, namun karena fenomena El nino yang terjadi tahun lalu bergeser ke bulan April lalu. "Sehingga suplai atas kebutuhan pokok tidak langka," kata David, Minggu (1/5).


David memperkirakan laju inflasi akan kembali meningkat pada bulan Mei atau Juni nanti. Hal itu karena berdasarkan siklus tahunan, inflasi menjelang hari Raya atau pada bulan Puasa meningkat.

Ia berharap pemerintah bisa belajar dari pengalaman agar kondisi itu tidak terjadi. paling tidak dengan menggunakan sistem informasi pangan yang lebih baik, kenaikan harga saat Puasa atau menjelang Ramadhan bisa terkendali.

Sementara, Aldian Talo Putra, ekonom Standard Chartered Bank memperkirakan, April akan terjadi deflasi 0,32% secara MoM, dan 3,73% secara YoY. Selain penurunan harga BBM, ia menyoroti turunnya tarif listrik.

Sementara Josua Pardede, ekonom Bank Permata memperkirakan pada april terjadi deflasi dengan nilai tidak jauh berbeda, yaitu 3,4%. Josua melihat, penguatan nilai tukar rupiah menjadi penyebab lain dalam memberikan andil terhadap deflasi.

Josua melihat dengan deflasi ini ada potensi kondisi ekonomi yang belum bergeliat. "Dapat diartikan inflasi di sisi permintaan masih cenderung lemah," kata Josua.

Sebelumnya, Bank Indonesia juga memperkirakan pada bulan April ini akan terjadi deflasi 3,4%. Sebelumnya, pada Maret lalu terjadi inflasi sebesar 0,19%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini