Ekonom: Ekspor-impor turun, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa 5%, asal...



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca dagang Indonesia masih tercatat defisit US$ 864 juta pada Januari 2020. Meski defisit, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ini lebih kecil dibandingkan defisit Januari 2019 yang sebesar US$ 1,06 miliar.

Meski defisit neraca dagang mengecil, nilai ekspor dan impor Indonesia masih lebih rendah dari Januari tahun lalu. Nilai ekspor di awal tahun ini turun 4,78% yoy menjadi US$ 13,21 miliar. Sementara nilai impor turun 4,78% yoy menjadi US$ 14,28 miliar.

Melihat hal ini, Ekonom BCA David Sumual berpendapat bahwa dengan adanya perlambatan dari sisi perdagangan ini bisa menjadi peluang bagi perlambatan ekonomi untuk ke depannya. Apalagi, saat ini masih ada fluktuasi harga beberapa komoditas terutama komoditas andalan ekspor Indonesia.


Baca Juga: Ekspor - impor turun di awal 2020, ini tanggapan Kemenko Ekonomi

Meski begitu, David masih optimis bahwa perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh di 5% pada keseluruhan tahun 2020. David juga mengatakan bahwa dia tidak melihat kalau Indonesia sudah kehilangan momentum pertumbuhan ekonomi akibat kinerja perdagangan yang masih menurun dan ketidakpastian global.

"Masih bisa tumbuh di 5%, tetapi harus ada antisipasi dan skenario yang sudah disiapkan karena memang akan ada tekanan yang cukup berat dari sisi global apalagi dengan adanya wabah virus corona di semester satu ini," kata David kepada Kontan.co.id, Senin (17/2).

Oleh karenanya, David mengimbau agar pemerintah bisa mendorong perekonomian domestik sebagai penopang bagi pertumbuhan ekonomi. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan stimulus dari fiskal yang dibarengi dengan stimulus moneter dari Bank Indonesia (BI).

Baca Juga: Mendag akui virus corona pengaruhi kinerja ekspor Indonesia di Januari

Selain itu, David juga mengimbau agar pemerintah memperhatikan sektor lain yang juga bisa menopang pertumbuhan ekonomi, seperti sektor pariwisata. Apalagi, BPS menyebut bahwa sektor pariwisata akan cukup terganggu dengan ketidakpastian akibat wabah ini.

Sementara dari sisi global, David juga menganggap masih ada harapan untuk menggenjot kinerja ekspor, terutama komoditas non minyak dan gas (non migas), yaitu dengan melakukan diversifikasi lokasi negara tujuan ekspor. "Permintaan negara lain juga cukup stabil. Tidak hanya dari China, terutama dari Amerika Serikat dan mungkin ada relokasi permintaan juga bisa dimanfaatkan sepenuhnya," tandas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati