Ekonom: Hong Kong merupakan ancaman geopolitik terbesar atas market global



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/BEIJING. Pada Kamis (28/11), China memberikan peringatan kepada Amerika Serikat bahwa pihaknya akan mengambil kebijakan balasan sebagai respon ditandatanganinya Rancangan Undang Undang Hak Asasi Manusia Hong Kong oleh Presiden AS Donald Trump.

Melansir Reuters, aksi Trump memang memicu kemarahan Beijing. Namun, di Hong Kong, ribuan pengunjuk rasa langsung turun ke jalan sebagai wujud terima kasih mereka kepada AS.

Baca Juga: Pasar saham global tertekan rencana pembalasan China


"Sangat rasional kami menggelar reli ini untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada Kongres AS dan Presiden Donald Trump karena sudah meloloskan undang-undang tersebut," jelas Sunny Cheung, anggota kelompok pelajar yang ikut melobi lolosnya undang-undang tersebut kepada Reuters.

Dia juga bilang, "Kami sangat berterima kasih dan menghargai upaya warga Amerika yang mendukung Hong Kong, yang berdiri bersama Hong Kong, dan tidak memilih untuk memihak Beijing."

Baca Juga: Hubungan AS & China kembali memanas, bagaimana prospek harga emas akhir tahun?

Menilai kondisi terkini di Hong Kong, ekonom menilai, aksi demonstrasi di Hong Kong merupakan ancaman terbesar geopolitik terhadap market global.

Menurut Holger Schmieding, chief economist Berenberg kepada CNBC, skenario terburuk cukup jelas setelah Trump menandatangani dua RUU dan memihak pada pengunjuk rasa Hong Kong.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie