Ekonom : Inflasi masih bisa ditekan lebih rendah dari 3%, asalkan..



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyeksi inflasi yang diperkirakan sebesar 3,5% pada tahun 2018 ini dinilai masih ideal. Namun ke depan nya inflasi diperkirakan bisa lebih rendah dari 3% bila terjadi peningkatan yang signifikan pada kapasitas produksi dan infrastruktur transportasi.

" Untuk saat ini sampai lima tahun ke depan, angka inflasi di 3%-5% sudah cukup ideal. Jika ada peningkatan yang signifikan dalam kapasitas produksi dan infrastruktur transportasi, dalam jangka panjang bisa lebih rendah dari 3%, " Ujar Eric Sugandi, Project Consultant Asian Development Bank. Jumat (27/7).

Eric juga bilang, inflasi masih bisa diturunkan ke bawah 3% dalam jangka menengah dan panjang karena tekanan inflasi di Indonesia masih lebih banyak disebabkan oleh tekanan dari sisi pasokan (cost push inflation) daripada dari sisi permintaan (demand pull inflation).


"Kecuali untuk tekanan demand yang sifatnya seasonal seperti Ramadan. Karena cost push inflation ini berkaitan dengan masalah ketersediaan dan distribusi barang dan jasa dan struktur pasar karena di Indonesia banyak pasar barang dan jasa yang sifatnya oligopolis atau persaingan monopolistik, jadi tidak perfect competition. Jadi masih banyak ruang untuk improvement di sisi supply utk turunkan inflasi," jelasnya

Terakhir, ia bilang Inflasi yang relatif lebih rendah juga dampak dari pengaruh dari sisi pasokan yang meningkat namun daru sisi permintaan yang cenderung melemah karena kenaikan administered price dan harga komoditas yang tertekan di pasar global.

Dari sisi supply, kata Eric memang ada perbaikan di sisi logistik dan distribusi barang misalnya, karena perbaikan infrastruktur transport dan impor. Namun dalam beberapa tahun terakhir memang ada pelemahan demand karena kenaikan administered prices dan tertekannya harga komoditas di pasar global.

Sementara itu, ekonom Indef Bhima Yudhistira bilang, rendahnya inflasi pada tahun ini bukan karena pasokan yang naik tapi lebih ke permintaan masyarakat yang turun yang indikasinya dilihat dari inflasi inti yang terus mengalami penurunan dri tahun 2014 sebesar 4,93% menjadi 2,95% di 2017 yang lalu.

"Inflasi inti mencerminkan terbentuknya harga karena faktor permintaan dan penawaran. Jika inflasi inti rendah bisa dikatakan demand-nya memang sedang lemah. Indikator lainnya konsumsi rumah tangga hanya mampu tumbuh di kisaran 5% selama tiga tahun terakhir. Masyarakat mengurangi konsumsi nya karena pendapatan tidak naik signifikan khususnya kelompok pengeluaran 40% menengah," katanya .

Ke depan, kata Bhima pemerintah harus memperhatikan inflasi yang disebabkan kenaikan biaya impor seperti telur, daging ayam yang pakan ternaknya sebagian impor yang sudah mulai menunjukan indikasi kenaikan harga, yang ke depannya akan disusul oleh komoditas lainnya.

Dari sisi harga BBM, melihat tren harga minyak dan pelemahan rupiah, kata Bhima akan terjadi penyesuaian harga pada BBM jenis non subsidi,sehingga faktor supply yang tadinya aman tahun ini akan bergejolak. "Jadi kuncinya pemerintah harus kendalikan kurs rupiah dan jaga pasokan makanan khususnya jelang hari raya Idul Adha, Natal dan tahun baru," jelasnya.

Muhammad Faisal, Ekonom Core mengatakan meskipun inflasi umum di level 3,5%, inflasi pada bahan pangan masih relatif tinggi walaupun sempat rendah di tahun 2017 sebesar 4%-5%, menurutnya di tahun ini diperkirakan meningkat kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi