JAKARTA. Ekonom CIMB Niaga Winang Budoyo mengapresiasi kenaikan outlook rating Indonesia oleh Standard & Poors, dari stabil menjadi positif. Kenaikan outlook rating dari lembaga rating tersebut dinilai karena keberhasilan reformasi fiskal dan kemampuan pengelolaan fiskal yang baik. Apalagi kenaikan outlook rating oleh S&P tersebut terjadi di tengah penurunan rating sejumlah negara, seperti Afrika Selatan, Turki, dan Rusia. “Faktor utama karena ada reformasi fiskal terutama realokasi subsidi BBM ke infrastruktur dan PMN (Penyertaan Modal Negara/PMN),” ujar Winang, Senin (25/5). Faktor tersebut, kata Winang, kemudian berdampak pada perbaikan defisit transaksi berjalan, sehingga membuat Indonesia berbeda dengan tiga negara lainnya. Perbaikan dalam perekonomian Indonesia dalam beberapa bulan terakhir inilah yang kemudian diapresiasi oleh S&P.
Perbaikan perekonomian yang diapresiasi S&P, menurut Winang, adalah hasil dari kinerja tim perekonomian Presiden Joko Widodo. “Tentunya ini kerja seluruh kementerian di bawah Presiden,” ujarnya. Namun, dia memberikan penilaian lebih terhadap tim perekonomian Presiden yang mengurusi fiskal. “Kebetulan porsi Kemenkeu besar dalam urusan fiskal,” kata dia. Sementara itu, Ekonom dari Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty mengungkapkan, kenaikan outlook rating mencerminkan pengelolaan stabilitas makro ekonomi yang baik dan kemampuan dalam menghindari potensi krisis ekonomi. Intinya, kata Telisa, semua pihak yang mempunyai fokus pada perekonomian nasional telah bekerja sama dengan baik dalam membangun perekonomian, sehingga membuahkan hasil kenaikan outlook rating oleh S&P. “Ini hasil sinergi hasil kebijakan kita,” ujarnya. Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, kenaikan outlook rating Indonesia menjadi gejala menarik mengingat pada periode 2014-2015, ada beberapa negara emerging market yang malah mengalami downgrade rating.