Ekonom ini memprediksi akan terjadi deflasi 0,01% mom pada bulan Agustus 2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mengalami deflasi sebesar 0,10% mom pada bulan Juli 2020, Indeks Harga Konsumen (IHK) diprediksi masih akan mengalami deflasi meski tipis.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi, deflasi pada bulan Agustus 2020 akan sebesar 0,01% mom. Dengan demikian, inflasi tahunan pada bulan ini akan sebesar 1,36% yoy.

Baca Juga: Ekonom IKS memprediksi akan terjadi deflasi 0,01% mom pada Agustus 2020


Josua pun memerinci, penyebab utama deflasi di bulan Agustus 2020 adalah penurunan harga pada komponen harga bergejolak, seperti beras yang turun 0,11% mom, daging ayam ras yang turun 11,38% mom, telur ayam yang turun 0,68% mom, bawang merah yang turun 15,3%, serta bawang putih yang juga turun 0,57% mom.

"Ini didorong oleh supply yang tetap terjaga, tetapi permintaan oleh konsumen masih cenderung lemah," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (28/8).

Sementara itu, inflasi inti pada bulan Agustus 2020 diperkirakan akan sebesar 2,15% yoy atau lebih tinggi dari inflasi inti pada bulan sebelumnya yang sebesar 2,07% yoy. Kinerja inflasi inti ditopang oleh peningkatan harga emas yang sepanjang bulan Agustus ini tercatat naik 8,2% mom.

Meski begitu, ada penurunan harga gula yang menghambat peningkatan inflasi inti. Pada keseluruhan bulan Agustus 2020 ini, harga gula tercatat turun 2,52% mom.

Namun, secara keseluruhan Josua masih melihat kalau tekanan inflasi inti masih cenderung rendah, bila dibandingkan dengan posisi inflasi pada masa-masa sebelum Covid-19. Ini sebagai indikasi kalau tingkat konsumsi masyarakat masih cenderung dalam tren menurun.

Baca Juga: Usai menguat 0,95% dalam sepekan, bagaimana nasib rupiah minggu depan?

"Padahal, pemerintah sudah meluncurkan beberapa stimulus lanjutan seperti gaji ke-13, subsidi gaji bagi pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta, serta pemberian banpres produktif pagi UMKM," tambah Josua.

Namun, ke depannya Josua berharap agar kebijakan dari pemerintah mampu mengungkit daya beli masyarakat di paruh kedua tahun ini. Hal ini didukung dengan penyerapan belanja pemerintah termasuk anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang lebih cepat, juga dengan masih berlanjutnya stimulus lanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi