Ekonom ini memprediksi Eropa akan mengalami resesi di akhir tahun nanti



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Ekonom terkemuka sekaligus kepala penasihat ekonomi untuk Allianz Group, Mohamed El-Erian menilai potensi terjadinya resesi di Uni Eropa cukup terbuka. Hal ini pun disebutnya bisa berdampak buruk bagi ekonomi China.

Dilansir dari South China Morning Post, ia menyebut dampak buruk resesi Eropa bagi China akan lebih besar ketimbang perang dagang dengan Amerika Serikat. Pasalnya ia menyebut Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar China.

Ia bahkan meramal, Eropa punya peluang sebesar 60% untuk masuk ke jurang resesi antara akhir tahun 2019 ini atau di awal tahun depan.


Hal Ini berarti akan melemahkan permintaan produk yang diekspor China. "Perlambatan di Eropa telah mengejutkan banyak orang," kata El-Erian.

Ia mencatat ada beberapa hal yang membuat ekonomi Eropa tertekan. Mulai dari Brexit, perubahan besar dalam kepemimpinan politik Jerman, protes jangka panjang di Perancis, pemilihan umum di Spanyol dan pemerintahan baru di.

Dana Moneter Internasional (IMF) sendiri memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi di Zona Euro tahun ini menjadi 1,3%. "Dan saya menduga pertumbuhan itu akan terus melambat jadi 1% dengan cepat," ungkapnya.

El-Erian juga tidak setuju dengan penilaian Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi pada pekan lalu yang menyebut bahwa peluang resesi di zona euro dalam jangka pendek sangat kecil.

"Masalahnya adalah ketika Anda tumbuh 1% atau di bawahnya, Anda memiliki risiko tinggi dari apa yang disebut oleh para ekonom sebagai 'stall speed', yang walaupun Anda maju, Anda tidak maju cukup cepat, dan karenanya Anda kehilangan ketinggian,” ujarnya.

"Jadi saya melihat ada risiko resesi yang cukup besar di Eropa pada akhir tahun ini dan awal tahun depan," katanya.

Meski begitu, ia menambahkan bahwa reformasi struktural di pasar tenaga kerja Uni Eropa dan stimulus fiskal di Jerman dan negara Eropa utara dapat mengurangi risiko tersebut.

Editor: Tendi Mahadi