Ekonom: Ini penurunan suku bunga acuan terakhir oleh Bank Indonesia di 2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini. Dengan demikian, saat ini suku bunga acuan berada di level 4,00%. 

Peneliti ekonomi senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Sugandi melihat, penurunan ini akan menjadi penurunan suku bunga acuan terakhir di sepanjang tahun 2020. 

"Dengan risiko inflasi naik karena skema burden sharing, pemangkasan suku bunga acuan BI lebih lanjut berisiko akan menekan rupiah. BI mungkin melihat lebih baik pemangkasan dilakukan berturutan (dengan bulan lalu), sehingga ini menjadi yang terakhir," kata Eric kepada Kontan.co.id, Kamis (16/7). 


Baca Juga: Bukan suku bunga acuan, ini instrumen yang paling efektif genjot ekonomi menurut BI

Pemangkasan suku bunga acuan yang telah dilakukan oleh bank sentral ini, memang tidak bisa langsung menyentuh sektor riil. Kebijakan ini, secara langsung lebih memfasilitasi pertumbuhan kredit. Sayangnya, permintaan kredit masih lemah karena lemahnya permintaan.

Untuk itu, injeksi uang ke perekonomian lewat pembelian Surat Berharga Negara (SBN) diharapkan bisa menjadi batu pijakan agar pemerintah bisa lebih fokus dalam melakukan penyerapan anggaran, sehingga mempercepat pemulihan ekonomi. 

"Diharapkan bisa perkuat demand side perekonomian. Karena pemerintah punya dana, bisa belanja untuk bantu rumah-rumah tangga terdampak Covid-19 dan untuk keperluan belanja lainnya," ujarnya. 

Sementara itu, Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana mengungkapkan kalau penurunan suku bunga acuan BI pada bulan ini akan membuat otoritas moneter lebih hati-hati dalam mengambil langkah pelonggaran suku bunga ke depannya. 

Katanya, ini juga tergantung dengan pergerakan inflasi. Bahkan, Wisnu melihat kalau ada tanda-tanda inflasi meningkat, maka BI bisa tak akan ragu untuk membalikkan sikap moneternya dengan menaikkan suku bunga acuan. 

Baca Juga: BI isyaratkan burden sharing berpotensi mengerek inflasi tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi