Ekonom Ini Prediksi Kinerja Penjualan Eceran Merosot Pasca Lebaran



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira melihat, kinerja penjualan eceran pada periode Ramadan dan Lebaran memang berpotensi meningkat. 

Menurutnya, memang ini sesuai dengan pola musiman, yaitu meningkatnya konsumsi masyarakat, plus dibantu oleh adanya Tunjangan Hari Raya (THR) dan peningkatan mobilitas. 

“Ini kemudian mendorong konsumsi barang-barang ritel seperti pakaian jadi, makanan minuman, serta komponen otomotif yang lebih tinggi,” tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (11/4). 


Namun, Bhima khawatir kinerja penjualan eceran akan menurun setelah periode Lebaran. Hal ini seiring dengan normalisasi dan potensi peningkatan inflasi yang besar dan salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11%. 

Baca Juga: Jelang Lebaran, Permintaan Terhadap Mamin dan Transportasi Diproyeksi Naik 15%

Menurut Bhima, setelah periode Lebaran, biasanya THR masyarakat sudah habis digunakan dan pendapatan pun masih belum sekuat pra pandemi Covid-19. 

Sebaliknya, harga barang terus meroket.Belum lagi, ada potensi para pedagang yang memanfaatkan momen peningkatan tarif 11% dengan membulatkan harga barang untuk naik. 

“Sehingga ini akan berdampak pada penjualan ritel dan dampak yang paling terlihat di pembelian barang tahan lama seperti perlengkapan rumah tangga,” jelas Bhima. 

Lebih lanjut, dengan penurunan kinerja penjualan eceran, Bhima pun memperkirakan ini akan menekan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2022. Apalagi, kinerja penjualan eceran ini erat kaitannya dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang merupakan motor penggerak pertumbuhan domestik. 

Menurut perhitungannya, pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022 akan berada di kisaran 4% yoy hingga 5% yoy, atau melambat dari capaian pada kuartal II-2021 yang hingga 7,07% yoy. 

Baca Juga: Pengawasan Harga Jadi Kunci Pengendalian Rokok Murah

Menurutnya, masih ada langkah yang bisa diambil pemerintah untuk mengurangi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi ini, yaitu dengan cara menjaga stabilitas harga pangan dan energi khususnya pada periode pasca Lebaran atau pada Mei 2022 dan Juni 2022. 

Bhima juga meminta pemerintah menambah alokasi subsidi pangan dan energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 serta menyalurkan bantuan sosial tepat waktu dan tepat sasaran. 

“Selain itu, pemerintah baiknya menimbang ulang pengenaan PPN 11% karena ini menimbulkan tekanan pada penjualan ritel,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli