Ekonom Ini Sebut Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Semakin Merosot



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2024 melambat.

Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal-III 2024 menunjukkan angka yang tidak menggembirakan, baik dari sisi angka pertumbuhan maupun kualitasnya. 

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 4,95%yoy, serta pertumbuhan kumulatif (c to c) sebesar 5,03%. Angka ini merupakan yang terendah dalam beberapa tahun terakhir, terkecuali pada masa pandemi Covid-19 pada tahun 2020 dan 2021. 


“Berdasarkan data historis, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2024 hanya akan kisaran 5,0%, dan nyaris mustahil mencapai 5,2% seperti target APBN 2024,” ungkap Awalil dalam keterangannya, Kamis (7/11).

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat, Ekonom Sarankan Pemerintah Pikirkan Ulang Target 8%

Beberapa sektor kunci yang berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja juga tidak menunjukkan pertumbuhan yang memadai. 

Sektor industri pengolahan, yang merupakan salah satu pilar utama ekonomi Indonesia, hanya tercatat tumbuh sebesar 4,72% yoy dan 4,27%  secara kumulatif (c to c). Jika dilihat dari data historis, diprediksi sektor ini akan mencatatkan pertumbuhan sekitar 4,50% pada tahun 2024.

Angka ini bahkan lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor industri pada tahun-tahun sebelumnya, dan tren deindustrialisasi yang terjadi selama era Presiden Joko Widodo (2015-2024) tampaknya masih berlanjut.

“Porsi industri pengolahan selama tiga triwulan sebesar 18,93% dari PDB. Diprakirakan hanya kisaran 18,75% dari PDB sepanjang tahun 2024. Dengan demikian, tren deindustrialisasi masih berlanjut,” kata Awalil.

Selain itu, sektor pertanian juga mengalami stagnasi dengan pertumbuhan yang sangat rendah, hanya tercatat sebesar 1,68% yoy dan secara kumulatif sebesar 0,66%. 

Tren pertumbuhan sektor pertanian yang telah rendah sejak 2019 diperkirakan tidak akan membaik pada tahun 2024, dengan estimasi pertumbuhannya hanya sekitar 1,75% sepanjang tahun ini. 

Menurutnya, rendahnya pertumbuhan sektor pertanian, yang mencakup juga sektor kehutanan dan perikanan, menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur perekonomian yang perlu segera diatasi.

Dari sisi pengeluaran, meskipun konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama ekonomi dengan pertumbuhan 4,91% yoy, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2022, 2023, dan periode pra-pandemi (2011-2019) yang rata-rata mencatatkan pertumbuhan lebih dari 5%.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2024 Tak Sesuai Harapan, Tersandung Lesunya Konsumsi

Sementara itu, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tercatat tumbuh sebesar 5,15% yoy pada kuartal III-2024. Namun, pertumbuhan ini juga lebih rendah dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun 2023 dan masih jauh di bawah rata-rata era pertumbuhan ekonomi pra-pandemi (2011-2019) yang mencapai 6,04% pada periode yang sama. 

Secara keseluruhan, Awalil menyimpulkan bahwa meskipun ekonomi Indonesia menunjukkan angka pertumbuhan positif, kualitas pertumbuhannya sangatlah rendah. 

"Kualitasnya pun dilihat dari pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian terbilang tidak baik. Dipertegas dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan PMTB yang juga lebih rendah dari data historisnya," imbuh Awalil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat