KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Rencana merger Gojek dengan Tokopedia terus mendapat sorotan publik. Salah satunya terkait layanan yang bakal disediakan oleh Gojek dan Tokopedia jika kedua perusahaan tersebut jadi merger. Yose Rizal, Ekonom CSIS berharap, ketika merger Gojek-Tokoperdia terwujud, layanan yang disediakan oleh entitas hasil dari kolaborasi Gojek dan Tokped tidak eksklusif hanya untuk konsumen maupun mitra yang ada di dalam ekosistem mereka. Menurut Yose, layanan yang diberikan harus terbuka untuk masyarakat luas, dan bukan hanya pasar Gojek dan Tokopedia saja. "Inovasi jauh lebih penting dibandingkan layanan yang eksklusif," kata Yose, Kamis (7/1).
Apalagi, kata Yose, kolaborasi Gojek dan Tokopedia bisa menjadi salah satu komponen pendorong pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum dipastikan kapan bakal berakhir. "Yang perlu diingat, kontribusi bisnis platform digital sangat penting. Karena, industri ini terus mengalami pertumbuhan yang pesat, baik dari sisi penjualan produk maupun distribusinya," imbuh dia. Dia menambahkan, salah satu pemicu dari lambatnya pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19 adalah kurangnya permintaan atau daya beli masyarakat terhadap produk dan jasa. Lesunya daya beli itu lantaran di masa pandemi, masyarakat enggan keluar rumah untuk menghindari paparan virus Covid-19. Nah, dengan adanya ekosistem platform online yang lebih mendukung dari hasil merger Gojek dengan Tokped, maka permintaan dan kegiatan belanja masyarakat terhadap barang dan jasa akan meningkat. Selain itu, juga mendukung ekosistem UMKM yang selama ini menjadi pasar Gojek dan Tokopedia. "Dengan adanya platform digital yang menawarkan beragam kemudahan dalam layanannya, maka akan mendorong konsumen untuk melakukan transaksi barang dan jasa," papar Yose. Terkait rencana merger dua startup paling bernilai di Indonesia itu, Yose menjelaskan, model bisnis yang dikembangkan para pelaku usaha startup adalah meraih pangsa pasar melalui layanan atau produk yang punya skalabilitas. Industri ekonomi digital yang ada saat ini basisnya adalah menghubungkan antara pasar yang satu dengan pasar yang lain. Misalnya, sebagai sebuah platform e-commerce, Tokped menghubungkan antara konsumen dengan mitra Tokped.
Meyakinkan investor
Jadi, model bisnis yang dikembangkan adalah meraih pasar melalui efisiensi. Ini baik dari sisi konsumen maupun mitra dari platform tersebut. Penguasaan pasar itulah, menurut Yose, yang kemudian membuat para pebisnis platform digital bisa meyakinkan investor untuk tetap menyuntikkan dananya agar dapat revenue. Persoalannya, di tengah ketatnya kompetisi bisnis berbasis digital, untuk bisa meraih pangsa pasar, saat ini pebisnis platform digital tidak bisa berjalan sendirian. Mereka harus menggandeng mitra yang memiliki ekosistem besar di segmen bisnis tertentu. "Untuk meraih pasar lebih luas, Gojek dan Tokped melihat kesempatan untuk ekspansi dengan menggandeng mitra yang memiliki bisnis berbeda tapi model bisnisnya sama," kata Yose.
Jika diperinci lebih jauh, lanjut dia, ada sejumlah benefit yang bisa didapat Tokped dengan menggandeng Gojek. Antara lain, Tokped bisa memperluas jangkauan bisnisnya dengan membidik pasar konsumen dan mitra yang ada dalam ekosistem Gojek. Benefit serupa juga akan didapatkan Gojek. Gojek bisa mendapatkan pasar dengan menyasar konsumen dan mitra Tokped lewat produk yang dimilikinya. Misal, menyediakan fasilitas GoPay sebagai media pembayaran transaksi belanja di platform Tokped. Selain itu, Gojek bisa menjadi mitra distribusi beragam produk yang dijual dalam platform Tokped. Dengan kolaborasi itulah benefit dari merger ini akan memberikan dampak yang maksimal bagi ekonomi. Riset Google-Bain terbaru memperkirakan pada 2025 ekonomi digital di Indonesia bisa mencapai US$ 124 miliar, naik 23% dari tahun 2020. Pertumbuhan ini diantaranya didukung oleh semakin banyaknya masyarakat yang go-online, digitalisasi UMKM serta ekosistem digital yang suportif.goj
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan