JAKARTA. Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi membuka pendaftaran bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada 18 hingga 20 Mei mendatang. Partai politik kini tengah sibuk bermanuver menentukan peta koalisi yang menentukan capres dan cawapres masing-masing.Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menyebut Joko "Jokowi" Widodo, capres yang diusung PDI-Perjuangan, Nasional Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), adalah kandidat yang paling disukai pasar ketimbang capres lain, yakni Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie.Alasannya, dengan market cap yang dikuasai asing sebesar 51%, maka ekspektasi pasar akan lebih berat ke investasi asing. Investor asing menginginkan kepastian capres dengan rekam jejak kinerja yang terbukti mumpuni dalam pemerintahan. "Antara calon yang ada, Jokowi mempunyai kinerja yang bisa dilihat selama ini," ujar Lana saat dihubungi KONTAN, Minggu (18/5).Meski demikian, Lana menegaskan calon lain bukannya miskin prestasi. Hanya saja, gaung kinerja Jokowi sudah bergema hingga ke mancanegara, baik sejak menjabat Walikota Solo hingga bertengger menjadi DKI 1.Investor dinilai enggan menerka-nerka kinerja capres lain, yakni Prabowo Subianto, yang belum pernah mengenyam pengalaman birokrasi pemerintahan. Meski, salah satu kandidat terkuat cawapres Prabowo adalah mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa yang memiliki rekam jejak baik saat masih menjabat.Soal cawapres Jokowi, Lana menyebut munculnya nama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad akibat pretensi masyarakat atas kasus korupsi yang ditangani KPK. Meski demikian, pencalonan Abraham Samad dirasa belum tepat. "Menurut saya, itu faktor popularitas, nilai unggul karena beliau menjabat sebagai pemimpin KPK," pungkasnya.Cawapres Jokowi lainnya, Jusuf "JK" Kalla, punya dampak lebih positif untuk investor mengingat kegigihannya dalam menerapkan kebijakan ekonomi kontroversial, yakni konversi minyak tanah ke gas. Meski masyarakat menunjukkan resistensi karena isu keamanan penggunaan tabung gas 3 kilogram, namun JK meneruskan kebijakan dengan perbaikan hingga akhirnya masyarakat menggunakan gas.Terlepas siapa cawapres yang dipilih, Jokowi, jika terpilih menjadi presiden, dampaknya disebut berpotensi melampaui return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2004 yang tercatat naik 44,56%. Syaratnya, kabinet yang dibentuk harus solid dan pemilihan menteri didasarkan atas kemampuan, bukan hasil transaksi politik semata.Jika Jokowi menjadi RI 1, Lana optimistis rupiah hingga akhir tahun akan mencapai Rp 10.800. Faktornya pun serupa, yakni pemerintahan baru yang ditunjuk terdiri atas tokoh-tokoh yang mumpuni. "Di 2015 baru akan menjadi ujian sesungguhnya terutama atas kebijakan-kebijakan yang terbit," tutupnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekonom: Joko Widodo unggul di mata investor
JAKARTA. Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi membuka pendaftaran bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada 18 hingga 20 Mei mendatang. Partai politik kini tengah sibuk bermanuver menentukan peta koalisi yang menentukan capres dan cawapres masing-masing.Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menyebut Joko "Jokowi" Widodo, capres yang diusung PDI-Perjuangan, Nasional Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), adalah kandidat yang paling disukai pasar ketimbang capres lain, yakni Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie.Alasannya, dengan market cap yang dikuasai asing sebesar 51%, maka ekspektasi pasar akan lebih berat ke investasi asing. Investor asing menginginkan kepastian capres dengan rekam jejak kinerja yang terbukti mumpuni dalam pemerintahan. "Antara calon yang ada, Jokowi mempunyai kinerja yang bisa dilihat selama ini," ujar Lana saat dihubungi KONTAN, Minggu (18/5).Meski demikian, Lana menegaskan calon lain bukannya miskin prestasi. Hanya saja, gaung kinerja Jokowi sudah bergema hingga ke mancanegara, baik sejak menjabat Walikota Solo hingga bertengger menjadi DKI 1.Investor dinilai enggan menerka-nerka kinerja capres lain, yakni Prabowo Subianto, yang belum pernah mengenyam pengalaman birokrasi pemerintahan. Meski, salah satu kandidat terkuat cawapres Prabowo adalah mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa yang memiliki rekam jejak baik saat masih menjabat.Soal cawapres Jokowi, Lana menyebut munculnya nama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad akibat pretensi masyarakat atas kasus korupsi yang ditangani KPK. Meski demikian, pencalonan Abraham Samad dirasa belum tepat. "Menurut saya, itu faktor popularitas, nilai unggul karena beliau menjabat sebagai pemimpin KPK," pungkasnya.Cawapres Jokowi lainnya, Jusuf "JK" Kalla, punya dampak lebih positif untuk investor mengingat kegigihannya dalam menerapkan kebijakan ekonomi kontroversial, yakni konversi minyak tanah ke gas. Meski masyarakat menunjukkan resistensi karena isu keamanan penggunaan tabung gas 3 kilogram, namun JK meneruskan kebijakan dengan perbaikan hingga akhirnya masyarakat menggunakan gas.Terlepas siapa cawapres yang dipilih, Jokowi, jika terpilih menjadi presiden, dampaknya disebut berpotensi melampaui return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2004 yang tercatat naik 44,56%. Syaratnya, kabinet yang dibentuk harus solid dan pemilihan menteri didasarkan atas kemampuan, bukan hasil transaksi politik semata.Jika Jokowi menjadi RI 1, Lana optimistis rupiah hingga akhir tahun akan mencapai Rp 10.800. Faktornya pun serupa, yakni pemerintahan baru yang ditunjuk terdiri atas tokoh-tokoh yang mumpuni. "Di 2015 baru akan menjadi ujian sesungguhnya terutama atas kebijakan-kebijakan yang terbit," tutupnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News