KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan, BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR)sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Oktober 2023. Kenaikan tersebut merupakan kenaikan suku bunga acuan pertama, setelah terakhir kali BI menaikkan suku bunga pada bulan Januari 2023. Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengungkapkan, kenaikan suku bunga acuan tersebut akan membawa dampak baik terhadap nilai tukar rupiah.
Apalagi, gejolak nilai tukar rupiah cukup tinggi selama beberapa waktu terakhir. "Dengan mengambil langkah menaikkan suku bunga kebijakan, kami memperkirakan ini akan berkontribusi pada penguatan rupiah menjelang akhir tahun," tutur Faiz kepada Kontan.co.id, Kamis (19/10).
Baca Juga: Gubernur BI Beberkan Alasan Akhirnya Kerek Suku Bunga Acuan Faiz menyebut, tekanan terkini dari nilai tukar rupiah dan mata uang negara-negara berkembang lainnya bersumber dari beberapa hal. Pertama, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang masih menyiratkan pesan akan tetap ada kebijakan suku bunga ketat dari Paman Sam. Kedua, pelebaran defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Ketiga, ketidakpastian jelang Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan berlangsung pada Februari 2024. Faiz bahkan menyebut, kondisi ini agak mirip dengan yang terjadi di tahun 2018. Bedanya, pada lima tahun silam Rupiah melemah hingga 8,0%, sedangkan pada tahun ini Rupiah diperkirakan melemah sekitar 6,0%. "Alasan utamanya adalah, neraca transaksi berjalan Indonesia lebih kuat bila dibandingkan dengan lima tahun lalu," imbuh Faiz.
Baca Juga: Tren Suku Bunga Tinggi Diprediksi Baru akan Berakhir di Semester II-2024 Lebih lanjut, Faiz memperkirakan nilai tukar rupiah pada akhir tahun 2023 berpotensi bergerak di kisaran Rp 15.200 hingga Rp 15.300 per dolar AS. Sedangkan rata-rata rupiah pada tahun ini bergerak di kisaran Rp 15.280 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi