KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah dua kuartal perturut-turut mengalami pertumbuhan ekonomi negatif sehingga masuk jurang resesi, di kuartal IV-2020 ekonomi Indonesia diramal masih kontraksi. Sejalan dengan penanganan pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) yang belum bisa teratasi. Data Badan Pusat Statistis (BPS) mencatat realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2020 sebesar 2,97%, kuartal II-2020, minus 5,32% year on year (yoy), dan kuartal III-2020 yakni minus 3,49% yoy. Sementara, outlook pemerintah ekonomi di sepanjang 2020 diharapkan bisa mencapai minus 1,7% hingga minus 0,6%. Artinya, pemerintah harus menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2020 sebesar 4,14% yoy agar setidaknya sampai di batas bawah prediksi pemerintah. Namun, sepertinya proyeksi pemerintah akan meleset.
Sebab, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan di kuartal IV-2020 pertumbuhan ekonomi akan diakselerasi mendekati level 0%. Dus, kemungkinan besar masih berada di zona negatif. Meski begitu, Menkeu bilang di kuartal IV-2020 adalah periode pemulihan ekonomi yang berlansung sejak kuartal III-2020 lalu, setelah mendapat pukulan berat di kuartal II-2020. Hal ini didukung dengan membaiknya beberapa indikator ekonomi pada Juli-September lalu. “Di kuartal III-2020 sudah mulai membaik daripada kuartal sebelumnya, menunjukkan proses pemulihan ekonomi dan pembalikan arah aktivitas ekonomi nasional ke arah zona positif,” ujar Menkeu Kamis (5/11). Agar di kuartal IV-2020, ekonomi bisa lebih baik dari kuartal III-2020, Menkeu mengatakan akan mendorong belanja negara baik untuk kesehatan, perlindungan sosial, ekonomi dan keuangan. Selain itu, mengimbau kepada pemerintah daerah agar segera membelanjakan dan idle guna menstimul konsumsi rumah tangga. Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan meskipun tren aktivitas perekonomian akan terus membaik, namun pertumbuhan kuartal IV-2020 diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan negatif di kisaran -2% hingga -1%.
Baca Juga: Ada tanda pemulihan ekonomi, analis sarankan cermati foreign inflow “Cukup berat untuk mendorong pertumbuhan positif mempertimbangkan beberapa faktor khusus terutama masih lemahnya konsumsi rumah tangga serta investasi,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (8/11). Meskipun penyerapan anggaran program pemulihan ekonomi (PEN) cenderung meningkat pada kuartal III-2020 dibandingkan kuartal sebelumnya, namun aktivitas perekonomian baik dari sisi konsumsi dan produksi cenderung belum pulih signifikan. “Apalagi di tengah situasi pandemi yang masih mempengaruhi keputusan konsumen khususnya masyrakat berpendapatan tinggi yang masih menahan belanja,” kata dia. Josua melihat, hal tersebut terindikasi juga dari sebagian besar komponen konsumsi termasuk konsumsi kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman, pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan masih terkontraksi. Bahkan konsumsi kebutuhan tersier seperti restoran, hotel, transportasi dan komunikasi juga masih mencatatkan kontraksi yang cukup dalam. Setali tiga uang, di kuartal IV-2020, Josua mengatakan pemerintah perlu secara konsisten meningkatkan produktivitas dari belanja APBN dan APBD serta percepatan penyerapan anggaran PEN secara khususnya stimulus untuk sisi permintaan khususnya anggaran perlindungan sosial.
“Ini akan memberikan bantalan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah sedemikian sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari Covid-19 pada daya beli masyarakat,” ujar Josua. Jusua menambahkan pemerintah juga perlu bekerja keras lagi dalam aspek pengendalian Covid-19 dari sisi kesehatan dengan mengurangi penyebaran, menurunkan tingkat kematian, hingga penyediaan vaksinasi . Diharapkan dengan upaya tersebut, kepercayaan masyarakat meningkat, potensi kegiatan juga akan cenderung meningkat, sehingga konsumsi akan pulih lebih signifikan lagi. “Dengan peningkatan sisi permintaan tersebut, maka capacity utilization dari sisi produksi juga meningkat yang pada akhirnya dapat menggerakkan investasi,” ujar Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .