Ekonom: Konsumsi rumah tangga di kuartal pertama tak sebaik prediksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tiga bulan pertama di tahun ini yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (7/5) besok, diperkirakan akan lebih tinggi dibanding ekonomi kuartal pertama 2017 yang tercatat sebesar 5,01%. Meski demikian, konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar, diperkirakan sejumlah ekonom masih stagnan.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, konsumsi rumah tangga di kuartal pertama tahun ini tidak sebaik yang diperkirakan. Hal itu tercermin dari penjualan 27 emiten besar yang mengalami penurunan dibanding kuartal pertama tahun 2017.

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) misalya, hanya mengantongi penjualan Rp 10,75 triliun di kuartal pertama 2018 atau turun dibanding kuartal pertama 2017 yang berhasil meraup pendapatan Rp 10,85 triliun. Sementara itu, pertumbuhan penjualan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) hanya sebesar 2,4% year on year (YoY), jauh lebih lambat dibanding kuartal pertama 2017 yang masih tumbuh 7,7% YoY.


"Penjualan minyak goreng Bimoli turun. Kalau volume penjualan turun, khawatirnya di konsumsi rumah tangga ada perlambatan," kata Lana kepada KONTAN belum lama ini.

Pihaknya juga memprediksi, kinerja investasi tak sebaik yang diperkirakan. Salah satu penyebabnya, realisasi investasi kuartal pertama yang diumumkan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) di kuartal-I 2018 hanya tumbuh 11,8% YoY, yang juga melambat dibanding kuartal-I 2017 sebesar 13,2% YoY.

"Dari sisi net ekspor juga demikian, melambat. Dua bulan pertama 2018, neraca perdagangan mencatat defisit," tambahnya. Oleh karena itu, Lana merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini dari 5,09% menjadi 5,04%-5,06%.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksi, pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2018 5,07%. Motor pendorongnya, kata Bhima, berasal dari belanja pemerintah yang realisasinya lebih baik dari tahun lalu. Data Kementerian Keuangan (Kemkeu), realisasi belanja negara hingga akhir Maret 2018 mencapai Rp 419,55 triliun, tumbuh 4,88% YoY.

Pihaknya juga memperkirakan, konsumsi rumah tangga stagnan di angka pertumbuhan 4,9%-5% yang ditunjukkan oleh data indeks penjualan riil yang melambat, khususnya penjualan kendaraan khususnya roda empat Januari-Maret 2018 yang hanya tumbuh 2,8% YoY, melambat dari pertumbuhan kuartal-I 2017.

Dari sisi investasi, Bhima juga memperkirakan belum ada kenaikan yang signifikan karena faktor musiman awal tahun biasanya realisasi investasi kecil dan baru akan meningkat di semester kedua nanti. Demikian juga dengan ekspor yang masih melandai, yang ditandai dengan defisitnya neraca perdagangan Januari-Februari 2018.

Lebih optimistis

Sama dengan proyeksi Bank Indonesia (BI), Ekonom Bank Permata Josua Pardede optimistis, ekonomi Januari-Maret bisa tumbuh 5,1% YoY. Pendorong utamanya, masih dari konsumsi rumah tangga yang diperkirakan tumbuh 4,98%-4,99%, lebih baik dari periode yang sama tahun 2017 sebesar 4,94%.

Peningkatan itu, ditopang oleh daya beli masyarakat yang terjaga. "Terjaganya daya beli masyarakat terlihat dari peningkatan pendapatan masyarakat dan peningkatan realisasi penyaluran bantuan sosial," kata Josua.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau diperkirakan tumbuh sekitar 7,3% YoY, jauh lebih tinggi dari kuartal-I 2017 yang sebesar 4,81%. Indikasinya, realisasi investasi bangunan dan non bangunan yang meningkat, yang ditandai oleh kenaikan laju impor barang modal. Tak hanya itu, konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh 3,95% YoY, karena adanya peningkatan pada realisasi penyerapan belanja pegawai, belanja barang, dan belanja sosial.

Sementara itu, Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra memproyeksi pertumbuhan ekonomi yang akan diumumkan BPS besok tumbuh 5,2%. Proyeksi ini sama dengan proyeksi pemerintah.

Menurut Aldian, investasi menjadi motor utamanya yang pertumbuhannya lebih baik dari kuartal keempat 2017. Hal ini tampak pada pertumbuhan belanja modal plus penjualan semen. Sementara konsumsi rumah tangga, dilihatnya juga masih stagnan meski anganya relatif belum bisa dipastikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie