Ekonom: Lelang sukuk banjir penawaran disokong faktor internal dan eksternal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, telah menyelenggarakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk pada Selasa (19/3). Dalam lelang kali ini, pemerintah berhasil menyerap dana sebesar Rp 8,98 triliun dari total penawaran masuk sebesar Rp 29,694 triliun.

Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana melihat penyebab utamanya karena sinyal dovish dari The Fed yang membuat BI mempertahankan suku bunga acuannya atau BI 7-DRR tetap berada di level 6%.

Sehingga, kemungkinan para investor bersikap forwards looking dan berusaha memaksimalkan yield mereka sebelum BI menurunkan suku bunga yang juga akan berakibat pada penurunan yield.


Fikri berpendapat dari dalam negeri hal ini juga didorong oleh nilai inflasi yang rendah membuat yield sukuk sangat kompetitif. Sementara dari faktor eksternal, saat ini sukuk masih sangat menarik setidaknya jika dibandingkan dengan negara yang memiliki rating sama.

Seri PBS014 memperoleh penawaran masuk tertinggi yakni sebesar Rp 13.905 triliun dan nominal yang dimenangkan sebesar Rp 4,8 triliun. Seri yang jatuh tempo pada 15 Mei 2019 tersebut memiliki yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 7,28%.

Menurut Fikri, PBS004 menjadi primadona karena didorong oleh minat investor yang tinggi karena gabungan faktor internal dan eksternal. Karenanya perilaku Kementerian Keuangan guna menurunkan cost of fund dari sukuk. Yang mana membuat beban masa depan saat pembayaran juga dapat lebih ditekan.

Di sisi lain berbeda dengan lelang sebelumnya, sukuk jangka panjang kali ini diserap oleh pemerintah. Fikri melihat perilaku Kementerian Keuangan yang bermotif risk sharing dengan cara membagi durasi sukuk dan Surat Utang Negara (SUN) sehingga beban massa depan dapat lebih terjaga.

Hal ini juga berguna untuk mengurangi terpolarisasinya tekanan massa depan terhadap pasar keuangan Indonesia melalui Sukuk atau SUN. Selain itu bila sewaktu-waktu terjadi capital outflow asing pemerintah dan investor dalam negeri mampu menyerapnya dan volatilitas dapat dikurangi. 

“Sukuk sangat berkaitan dengan rupiah, IHSG, surat utang korporasi, bahkan perbankan,” kata Fikri, Selasa (19/3). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi