Ekonom LPEI UI prediksi penerimaan pajak masih bisa tertekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan meskipun penerimaan pajak hingga akhir Mei menujukan angka yang menggembirakan, tapi di sisa tahun ini masih bisa tertekan.

Data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatat realisasi penerimaan pajak hingga akhir Mei 2021 sebesar Rp 459,6 triliun. Angka tersebut tumbuh 3,4% year on year (yoy).

Untuk pertama kalinya di tahun ini penerimaan pajak baru masuk ke zona positif, pasca empat bulan sebelumnya kontraksi. Adapun pada Januari 2021 minus 15,3% yoy, Februasi minus 4,8% yoy, Maret, minus 5,6%, dan April minus 0,4% yoy.


Baca Juga: Pemerintah perpanjang insentif perpajakan Covid19 sampai Desember 2021, ini daftarnya

Kendati demikian, penerimaan pajak masih jauh dari target. Pencapaian sepanjang Januari-Mei 2021 itu baru setara 37,4% dari outlook akhir tahun 2021 sebesar Rp 1.229,6 triliun. Dus, dalam tujuh bulan ke depan otoritas musti mengejar Rp 770 triliun agar mencapai target yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang APBN 2021.

Menurut Riefky pertumbuhan penerimaan pajak sejalan dengan membaiknya perekonomian di tahun ini. Pada kuartal II-2021 ekonomi Indonesia diyakini akan lebih baik dibandingkan kuartal I-2020 yang kontraksi dalam hingga 5,32% year on year (yoy).

Makanya, pemulihan ekonomi yang menimbulkan geliat aktivitas masyarakat tersebut mampu menyokong pos penerimaan utama negara tersebut tumbuh positif hingga akhir Mei 2021.

Kendati demikian, Riefky menduga penerimaan pajak pada bulan-bulan ke depan bisa kembali masuk zona negatif. Sebab, lonjakan kasus virus corona yang berlangsung beberapa pekan terakhir akan memperlambat aktivitas perekonomian. Sentimen negatif tersebut lantas bisa membuat pajak shortfall di akhir 2021.

“Penerimaan pajak mengikuti isu kesehatan. Memang saat ini harusnya fokus pemerintah bukan kepada optimalisasi penerimaan pajak, karena ekonomi belum sepenuhnya pulih. Maka ruang strategi pemerintah untuk penerimaan pajak belum layak diprioritaskan,” kata Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (21/6).

Baca Juga: Kebijakan fiskal harus jadi ujung tombak penggerak ekonomi saat ini

Toh Riefky menekankan, ruang defisit fiskal masih luas. Sebab, realisasinya hingga akhir Mei 20219 baru mencapai 1,32% terhadap produk domestik bruto (PDB), atau masih jauh dari outlook akhir 2021 sebesar 5,7% dari PDB. 

Artinya alternatif pembiayaan belanja negara masih bisa ditutup dari utang. Di sisi lain belanja negara pun masih rendah, meskipun nanti biasanya meningkat di periode akhir 2021. 

Selanjutnya: Moncer! Akhirnya penerimaan pajak tumbuh 3,3% yoy hingga akhir Mei 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi