JAKARTA. Harga jual liquified petroleum gas (LPG) non subsidi 12 kilogram (kg) mengalami kenaikan sebesar Rp 1.000 per kg atau Rp 12.000 per tabung. Nilai ini jauh di bawah rencana kenaikan semula yang sempat dipatok yaitu Rp 3.500 per kg atau Rp 42.000 per tabung. Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono menghitung, kenaikan harga elpiji non subsidi ini akan membuat inflasi tahunan Indonesia berada pada kisaran 5,5% hingga 6,5%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan perkiraan Bank Indonesia semula yaitu 4,5% plus minus 1%. Tony bilang, kontribusi kenaikan LPG terhadap hitungan inflasi tidak sebesar lonjakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Meski begitu, menurutnya, sumbangan kenaikan harga elpiji 12 kg ini tetap signifikan terhadap laju inflasi.
Ekonom: LPG naik Rp 1.000, kerek inflasi jadi 6,5%
JAKARTA. Harga jual liquified petroleum gas (LPG) non subsidi 12 kilogram (kg) mengalami kenaikan sebesar Rp 1.000 per kg atau Rp 12.000 per tabung. Nilai ini jauh di bawah rencana kenaikan semula yang sempat dipatok yaitu Rp 3.500 per kg atau Rp 42.000 per tabung. Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono menghitung, kenaikan harga elpiji non subsidi ini akan membuat inflasi tahunan Indonesia berada pada kisaran 5,5% hingga 6,5%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan perkiraan Bank Indonesia semula yaitu 4,5% plus minus 1%. Tony bilang, kontribusi kenaikan LPG terhadap hitungan inflasi tidak sebesar lonjakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Meski begitu, menurutnya, sumbangan kenaikan harga elpiji 12 kg ini tetap signifikan terhadap laju inflasi.