KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Geliat pertumbuhan kredit di tahun 2017 sepertinya masih di kisaran 10% hingga 11%. Angka tersebut diamini oleh ekonom Mandiri yang memperkirakan berdasarkan keadaan ekonomi dan perbankan saat ini. Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan, melihat dengan perkembangan yang ada angka 10% sampai 11% masih manageable untuk pertumbuhan kredit di 2018. “Tadinya kami prediksi di 12% dengan kondisi seperti sekarang 10% hingga 11% masih mungkin,” ujar Asmo saat acara media gathering Bank Mandiri, Kamis (21/12). Menurutnya, faktor angka tersebut yang pertama adalah di 2017 ada pelemahan pertumbuhan kredit karena di perbankan masih konsolidasi untuk pembersihan aset. “Hal tersebut membuat mereka lebih memilih untuk berhati-hati lagi dalam lending,” ujar Asmo. Asmo menambahkan, pembersihan aset tersebut terlihat hasilnya dari rasio kredit macet (NPL) yang menurun. Kendati demikian, tantangannya ke depan adalah special mention dan loan at risk masih naik, jadi bank akan tetap hati-hati walaupun tidak selambat tahun ini. “Faktor kedua adalah menumbuhkan permintaan (demand), tentunya ini terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan domestik yang membutuhkan peran dari pemerintah dan regulator. Kalau memang stabil, pertumbuhan 10% dan 11% akan tumbuh dari dua faktor tadi,” ujar Asmo. Menurut Asmo, kalau dilihat dari sisi sektor kredit, yang utama bisa dari wholesale dan retail trade yang tumbuh 18%. Namun saat ini masih ada tantangan di sektor tersebut dari konsumsi masyarakat.
Ekonom Mandiri: Kredit tumbuh maksimal 11% di 2018
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Geliat pertumbuhan kredit di tahun 2017 sepertinya masih di kisaran 10% hingga 11%. Angka tersebut diamini oleh ekonom Mandiri yang memperkirakan berdasarkan keadaan ekonomi dan perbankan saat ini. Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan, melihat dengan perkembangan yang ada angka 10% sampai 11% masih manageable untuk pertumbuhan kredit di 2018. “Tadinya kami prediksi di 12% dengan kondisi seperti sekarang 10% hingga 11% masih mungkin,” ujar Asmo saat acara media gathering Bank Mandiri, Kamis (21/12). Menurutnya, faktor angka tersebut yang pertama adalah di 2017 ada pelemahan pertumbuhan kredit karena di perbankan masih konsolidasi untuk pembersihan aset. “Hal tersebut membuat mereka lebih memilih untuk berhati-hati lagi dalam lending,” ujar Asmo. Asmo menambahkan, pembersihan aset tersebut terlihat hasilnya dari rasio kredit macet (NPL) yang menurun. Kendati demikian, tantangannya ke depan adalah special mention dan loan at risk masih naik, jadi bank akan tetap hati-hati walaupun tidak selambat tahun ini. “Faktor kedua adalah menumbuhkan permintaan (demand), tentunya ini terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan domestik yang membutuhkan peran dari pemerintah dan regulator. Kalau memang stabil, pertumbuhan 10% dan 11% akan tumbuh dari dua faktor tadi,” ujar Asmo. Menurut Asmo, kalau dilihat dari sisi sektor kredit, yang utama bisa dari wholesale dan retail trade yang tumbuh 18%. Namun saat ini masih ada tantangan di sektor tersebut dari konsumsi masyarakat.