Ekonom: Mata Uang BRICS Bisa Menggantikan Dolar AS Jika China & India Akur



MATA UANG BRICS - Dalam upaya untuk melengserkan posisi dolar AS sebagai mata uang cadangan terbesar di dunia, negara-negara BRICS —atau Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan— telah membicarakan gagasan tentang membentuk mata uang bersama selama bertahun-tahun. 

Penulis Rich Dad Poor Dad Robert Kiyosaki mengatakan KTT BRICS mendatang dapat mempercepat de-dolarisasi.

Melansir Business Insider, selama KTT, Kiyosaki memprediksi, negara-negara BRICS kemungkinan akan meluncurkan mata uang perdagangan baru yang didukung oleh emas. 


"PERANG GANG: 22 Agustus 2023 sekitar 41 negara, bahkan mungkin Prancis hadir di Afrika Selatan untuk 'dedolarisasi' dunia. Proposal: negara-negara BRICS akan meluncurkan 'bric' uang mereka," demikian cuitan Kiyosaki pada Rabu (26/7/2023) lalu.

Kiyosaki mengatakan bahwa sebuah mata uang yang didukung emas akan bernilai US$ 3.000. 

"Sampai jumpa dolar AS," tulisnya.

Akan tetapi, mengutip Fortune, Jim O'Neill, ekonom veteran yang menciptakan istilah BRIC (kelompok ini awalnya tidak termasuk Afrika Selatan) ketika dia bekerja di Goldman Sachs pada tahun 2001, mengkritik rencana tersebut pada minggu ini.

"Ini konyol," katanya kepada Financial Times Selasa. “Mereka akan membuat bank sentral BRICS? Bagaimana Anda melakukannya? Ini hampir memalukan.”

Baca Juga: Robert Kiyosaki Beberkan Bakal Ada Peristiwa yang Mempercepat Dolar Ditinggalkan

Negara-negara BRICS akan bertemu untuk KTT tahunan ke-15 mereka minggu depan. Namun O'Neill, yang sekarang menjabat sebagai penasihat senior di think tank Chatham House yang berbasis di Inggris, berpendapat bahwa kelompok negara tersebut tidak pernah mencapai apa pun sejak mereka pertama kali memulai pertemuan pada tahun 2009 di tengah pertikaian yang konsisten.

Dorongan untuk de-dolarisasi di antara negara-negara BRICS telah memanas sejak perang di Ukraina dimulai, karena sanksi Barat yang melumpuhkan terhadap Rusia dimungkinkan oleh dominasi dolar. Pada bulan April, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva mendesak kelompok tersebut untuk mengembangkan alternatif yang serius terhadap dolar menggunakan bobot gabungan ekonomi mereka.

“Mengapa kita tidak bisa berdagang berdasarkan mata uang kita sendiri?” katanya dalam perjalanan kenegaraan ke China pada bulan April, Financial Times pertama kali melaporkan. “Siapa yang memutuskan bahwa dolar adalah mata uang setelah hilangnya standar emas?”

Baca Juga: Banyak Negara Ingin Tinggalkan Dolar AS, Mengapa? Ini Alasannya

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie