Ekonom Maybank: Neraca dagang surplus karena depresiasi rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Myrdal Gunarto, Ekonom Maybank Indonesia mngatakan surplus neraca perdagangan pada September 2018 sebagai dampak dari depresiasi rupiah serta kebijakan pemerintah untuk mengatur arus barang impor. "Saya kira karena harga barang impor mahal karena rupiah terdepresiasi dan pemerintah mengatur arus barang impor," ungkap Myrdal, Senin (15/10).

Tercatat neraca dagang surplus US$ 227,1 juta. Secara detil, impor sebesar US$ 14,60 miliar. Meningkat 14,18% YoY dan turun sebesar 13,18% bila dibandingkan dengan Agustus 2018.

Penurunan yang besar ini akibat rupiah yang terus melemah pada September 2018. Selain itu, kebijakan pemerintah juga mulai terasa efektif. "Seperti menerapkan tarif masuk yang tinggi untuk 1.147 impor barang konsumsi, menerapan tarif minimum pengiriman barang hingga menahan bahan baku untuk infrastruktur," jelas Myrdal.


Total impor untuk industri pada September 2018 mulai mengendur. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya impor besi, baja, peralatan mekanik dan listrik.Tercatat juga impor barang konsumsi malah meningkat. 

Menurutnya, ini digunakan sebagai bentuk untuk mengatur inflasi. Maka Myrdal mengatakan pemerintah bisa menahan angka impor barang konsumsi dengan meningkatkan industri pertanian. Sedangkan ekspor tercatat US$ 14,83 miliar. Naik 1,70% YoY, namun turun 6,59% bila dibandingkan September 2017.

Penurunan ekspor sebagai efek perang dagang. Pasalnya banyak negara yang memproteksi domestik negaranya. Selain itu, ekspnasi manufaktur terhambat sebab China, Jeoang dan Singapura kehilangan agresifitasnya pada September ini.

Ke depan, Myrdal memproyeksi pertumbuhan impor akan lebih besar ketimbang ekspor. Alasannya tingginya permintaan domestik terhadap barang impor untuk mengakomodasi ekspansi ekonomi dan menjaga persediaan pakan lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .