Ekonom Maybank: Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan 5,27%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Maybank Myrdal Gunarto memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan mencapai 5,27% atau meningkat dari pertumbuhan ekonomi tahun ini yang diperkirakan mencapai 5,18%.

Myrdal mengatakan, peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun depan didorong oleh konsumsi rumah tangga yang meningkat seiring membaiknya daya beli masyarakat, juga adanya harga komoditas seperti batubara, CPO, minyak, nikel, dan produk tambang lain.

"Ditambah dengan event kampanye pemilihan umum turut mendorong konsumsi. Selain itu, kita berharap kontribusi sektor investasi yang membaik setelah pemilu," tutur Myrdal kepada Kontan.co.id, Jumat (19/10).


Myrdal menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun turut dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi China.

Dia mengatakan, melambatnya ekonomi China sudah terlihat ke Indonesia sejak awal tahun 2018 melihat performa laju ekspor Indonesia yang masih kalah dengan laju impor.

"Yang kita khawatirkan adalah tahun depan dampaknya bisa jadi ebih besar jika trade war benar-benar memukul ekonomi China," jelas Myrdal.

Di kuartal III tahun ini, pertumbuhan ekonomi China pun melambat menjadi 6,5%. Sementara, di kuartal II tahun ini, pertumbuhan ekonomi China sebesar 6,7%.

Adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi China, menurut Myrdal, memberi signal prospek ekonomi global yang tidak agresif.

Hal tersebut pun berpengaruh pada performa ekonomi Indonesia ke depan yang berpotensi stagnan di level saat ini, terutama melalui transmisi perdagangan internasional melalui ekspor dan impor.

Tak hanya itu, pertumbuhan ekonomi China yang melambat juga dapat memberi signal yang kurang bagus pada perkembangan pasar komoditas global mengingat China merupakan salah satu konsumen terbesar komoditas dunia.

"Ini tentunya juga memberi pertanda kurang baik bagi negara yang mengandalkan ekspor berbasis komoditas," kata Myrdal.

Menurut Myrdal, pertumbuhan ekonomi China bisa terus melambat jika tidak ada solusi terbaik untuk kedua pihak terkait perang dagang AS dan China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto