Ekonom memperkirakan BI tidak akan obral kenaikan bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fokus kebijakan Bank Indonesia (BI) pada stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah, mulai membuahkan hasil dengan kembali masuknya arus modal asing. Namun, tekanan aliran modal keluar masih ada.

Meski demikian, BI diperkirakan tidak menaikkan lagi suku bunga acuannya. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebelumnya, 29 Juni 2018, BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps.

Ekonom Bank BCA David Sumual memperkirakan BI mempertahankan 7DRR sebesar 5,25% lantaran melihat fundamental ekonomi domestik yang cenderung stabil, khususnya data neraca perdagangan. “Neraca perdagangan surplusnya melebihi ekspektasi sementara inflasi juga baik terkendali. Eksternal juga datanya tidak ada perubahan signifikan,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (18/7).


Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik di Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetiantono juga memperkirakan, BI akan mempertahankan suku bunganya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung Rabu hingga Kamis, 18 dan 19 Juli 2018 ini. “Saya duga ditahan dulu. BI pasti tidak ingin dianggap panik dan ‘obral’ kenaikan suku bunga,” ucapnya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan, BI sesungguhnya sudah melalui ujian terberat terkait episode normalisasi kebijakan moneter di dunia. Namun, BI juga perlu bersiap dengan guncangan baru.

Guncangan baru tersebut bisa saja terkait episode perang dagang AS dengan China dan negara-negara lain yang masih berlanjut. “Adanya modal masuk betapapun kecilnya bisa menjadi indikasi positif berjalannya proses normalisasi atau stabilisasi. Walaupun mungkin nilai tukar sendiri belum mengalami penguatan signifikan, tapi periode terburuk sudah terlewati,” ujar dia.

Ia meyakini, tekanan aliran modal keluar masih sangat besar sampai akhir tahun ini. "BI masih harus bekerja keras untuk itu,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat