Ekonom: Minimnya realisasi belanja tutupi defisit



JAKARTA. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 pada 30 September 2014 tercatat sebesar Rp 153,4 triliun. Anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) tercatat sudah mencapai 74,4% atau sebesar Rp 183,4 triliun dari pagu Rp 246,5 triliun.

Sementara itu, realisasi belanja modal baru 37,2% dari pagu Rp 160,8 triliun. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat minimnya realisasi belanja modal bisa mengganjal anggaran subsidi BBM. Hingga akhir tahun dirinya perkirakan realisasi belanja modal akan sebesar Rp 100 triliun. Karena itu defisit anggaran hingga akhir tahun akan berada di bawah 2,4%.

Menurut Lana, salah satu penyebab anggaran subsidi BBM yang merangkak naik adalah efek rencana pengumuman kenaikan harga BBM. Terjadi penimbunan sehingga konsumsi masyarakat meningkat.


Yang harus dilakukan pemerintah adalah mengendalikan kuota BBM. Jelas ini memerlukan koordinasi yang solid antara Kementerian Keuangan, ESDM, dan BUMN. "Harus jaga kuota. Sesuai kuota akan lebih baik untuk anggaran kita," terang Lana ketika dihubungi KONTAN di Jakarta, Jumat (7/11).

Sebelumnya, Dirjen Anggaran Kemkeu Askolani mengatakan anggaran subsidi BBM memiliki kecenderungan turun karena harga Indonesia Crude Price (ICP) Indonesia mengalami penurunan yang signifikan. Menurut Askolani, dalam pemantauan terakhir ada penurunan anggaran dari Rp 1 triliun-Rp 2 triliun. Namun, penurunan anggaran tersebut dengan asumsi kebijakan volume BBM masih sama dengan pagu yaitu 46 juta kl.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa