KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) optimistis cadangan devisa Indonesia masih lebih dari cukup untuk menjaga nilai tukar rupiah dari segala ancamannya. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa per Mei 2021 sebesar US$ 136,4 miliar atau setara dengan 9,5 bulan impor dan juga setara dengan 9,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Meski mencatat penurunan dari bulan sebelumnya, tetapi angka ini juga di atas standard kecukupan internasional yang sekitar tiga bulan impor.
“Ini sangat cukup, karena memang selama pandemi, strategi BI adalah mengumpulkan cadangan devisa untuk kasus seperti ini. Bila nanti tiba-tiba nilai tukar rupiah tertekan dan sangat dalam dan kalau sewaktu-waktu dibutuhkan, maka ini masih sangat cukup,” ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (5/7). Baca Juga: Faktor Ini yang Hambat Kinerja Reksadana di saat Sinyal Pemulihan Global Muncul Salah satu hal yang menjadi ancaman nilai tukar rupiah ke depan adalah risiko keluarnya arus modal asing dari pasar keuangan domestik yang memang dipengaruhi oleh kondisi dalam negeri dan kondisi global. Dari dalam negeri, investor asing bisa cabut dengan menimbang seberapa lama Indonesia bisa bangkit dari kondisi Covid-19. Sementara dari global, terkait kapan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) melakukan pengetatan moneter (tapering off).