Ekonom optimistis kinerja manufaktur kembali ke zona ekspansif pada akhir tahun 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IHS Markit mencatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia sebesar 43,7, naik dari posisi 40,1 pada bulan Juli 2021. 

Meski memang ada peningkatan, tetapi kinerja manufaktur masih berada di fase kontraksi, atau indeks di bawah 50.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira melihat, kinerja manufaktur ke depannya akan semakin baik, bahkan harapannya bisa kembali ke level ekspansi atau indeks di atas 50 pada akhir tahun 2021. 


“Ada optimistme, melihat penurunan kasus Covid-19 dan sinyal rebound permintaan terutama durable goods, termasuk pada pasar ekspor,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (1/9). 

Baca Juga: IHS Markit: Covid-19 masih pengaruhi kinerja manufaktur Indonesia

Bhima menambahkan, kunci kinerja manufaktur yang ekspansif memang pada pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), khususnya di kota besar di JAwa dan wilayah kawasan industri menjadi level 2 atau bahkan 1. 

Pelonggaran ini akan memicu terjadinya kenaikan sisi permintaan rumah tangga terhadap produk industri, khususnya durable goods tersebut. 

Hanya, Bhima mewanti-wanti masih ada hal yang perlu diperhtaikan terkait efek pengetatan moneter atau tapering off terhadap pergerakan nilai tukar rupiah yang bisa memengaruhi tingkat imported inflation di bahan baku dan barang modal industri. 

“Apalagi, sebagian besar industri bergantung pada bahan baku impor sehingga sensitif terhadap fluktuasi kurs rupiah,” terangnya. 

Bhima meminta agar pemerintah juga tidak buru-buru mengurangi stimulus kepada sektor industri, setidaknya hingga tahun 2022 karena industri mansih butuh dukungan terutama terkait diskon listrik dan insentif pajak. 

Selanjutnya: Segera diumumkan, inflasi bulan Agustus diproyeksi lebih rendah dari bulan sebelumnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi