Ekonom : Pasar keuangan Indonesia masih menarik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah telah kehilangan hampir 5% nilainya terhadap dollar AS sejak akhir Januari dan diperdagangkan mendekati terlemahnya dalam lebih dari dua tahun pada hari Kamis.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada 13.891 per dollar AS pada hari Kamis. Kurva imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia naik, sementara IHSG ditutup turun 2,8%.

Pengamat Ekonomi Asian Develompment Bank (ADB) Eric Sugandi mengatakan, Indonesia masih menarik sebagai tempat berinvestiasi dengan adanya rating upgrade beberapa minggu lalu. 


Namun, faktor harga obligasi Indonesia yang sudah relatif lebih tinggi daripada beberapa tahun lalu, risiko naiknya inflasi yang bisa menggerus real rate of return, dan risiko menurut persepsi investor, seperti risiko politik jelang pemilu dan kemungkinan naiknya current account deficit (CAD) akan jadi pertimbangan investor asing untuk masuk.

“Jadi, inflows akan tetap ada, tapi tidak akan sekencang ketika harga SBN relatif lebih murah,” kata Eric kepada Kontan.co.id, Kamis (26/4).

Ia mengatakan, biasanya menjelang pemilu dan pilpres memang ada kecenderungan beberapa global fund managers menganggap risiko politik naik karena ada unsur ketidakpastian mengenai siapa yang akan terpilih sebagai kepala pemerintahan

Sementara CAD diperkirakan membesar karena kenaikan harga minyak dan pelemahan rupiah akan menaikkan defisit neraca dagang dan CAD.

Ekonom BCA David Sumual sependapat bahwa Indonesia masih menarik. Meski sama dengan Filipina dan India yang memiliki CAD lumayan, kondisi eksternal yang ada hanya ekspektasi sehingga sepanjang tahun memang ada gejolak terus menerus.

“Pekerjaan rumah buat Indonesia adalah ekspor yang lebih beragam. Pelemahan nilai tukar paling tidak bisa berikan insentif, tapi hambatannya masih banyak di sektor riil. Jadi butuh perbaikan juga,” ucap David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi