KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi saat ini diperkirakan akan mempengaruhi postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023. Untuk diketahui, kondisi kurs rupiah di pasar spot mempertahankan penguatan hingga akhir perdagangan walau tetap berada di atas Rp 15.600 per dolar Amerika Serikat (AS). Kamis (5/10), rupiah spot ditutup di level Rp 15.618 per dolar AS. Ini membuat rupiah menguat 0,1% dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp 15.634 per dolar AS. Pergerakan rupiah sejalan dengan mayoritas mata uang di Asia.
Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo menyampaikan, depresiasi nilai tukar rupiah bisa berimbas ke dua sisi APBN, yakni pada penerimaan negara maupun belanja negara.
Baca Juga: Menakar Dampak Pelemahan Rupiah Terhadap Postur APBN 2023 Dia menjelaskan, dari sisi penerimaan, pelemahan nilai tukar rupiah akan berdampak pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terutama karena peningkatan penerimaan dari bea ekspor. “Sementara itu, dari sisi belanja, akan berdampak pada beban bunga utang pemerintah ke luar negeri,” tutur Banjaran kepada Kontan.co.id, Kamis (5/10). Berdasarkan analisis sensitivitas APBN 2023 terhadap perubahan asumsi dasar ekonomi makro, setiap pelemahan nilai tukar rupiah sebesar Rp 100 per dolar AS, akan berdampak pada peningkatan pendapatan negara sebesar Rp 5,4 triliun dan belanja negara meningkat sebesar Rp 8,5 triliun. Adapun APBN 2023 menggunakan asumsi nilai tukar Rupiah Rp 14.800 per dolar AS, terdeviasi cukup jauh dari kondisi saat ini, yakni sekitar Rp 800, karena rupiah sudah mencapai Rp 15.618 per dolar AS. “Sehingga, deviasi asumsi depresiasi sebesar Rp 800 rupiah diperkirakan akan berdampak pada defisit APBN sekitar Rp 24,8 triliun rupiah,” ujarnya. Sejalan dengan ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, dimana The Fed diperkirakan masih akan meningkatkan suku bunga hingga akhir tahun 2023, maka nilai tukar rupiah masih akan cenderung melemah. Dengan kondisi tersebut, nilai tukar rupiah di akhir tahun diperkirakan akan berada di rentah Rp 15.400 hingga Rp 15.800 per dolar AS.
Baca Juga: Modal Asing Keluar, Cadangan Devisa Diproyeksi Turun pada September 2023 Lebih lanjut, Banjaran juga memperkirakan perlemahan nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun depan. Ini karena pada awal tahun depan Federal Funds Rate (FFR) diperkirakan masih tinggi, sehingga interest rate differntial dengan Indonesia diperkirakan akan semakin menipis. “Maka kemungkinan masih akan terjadi outflow di pasar keuangan kita. Outflow tersebut berpotensi membuat pelemahan nilai tukar rupiah berlanjut hingga awal tahun depan,” tambahnya. Meski begitu, Banjaran memprediksi pelemahan nilai tukar rupiah pada tahun depan akan mulai mereda sejalan dengan pelonggaran kebijakan rupiah yang diperkirakan akan mulai dilakukan oleh negara maju. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi